kEGIATAN

Selasa, 27 November 2012

PENERAPAN PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF

PENERAPAN PENDEKATAN RASIONAL EMOTIF PADA KONSELING KELOMPOK A. Indikator Keberhasilan Setelah mempelajari Bab IV ini Guru BK/konselor dapat: 1. Mendeskripsikan kerangka kerja pendekatan konseling Rasional Emotif. 2. Menyusun rencana pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif . 3. Menyusun alat evaluasi hasil pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif 4. Menyusun skenario layanan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif 5. Mempraktekkan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif. B. Uraian Materi 1. Kerangka Kerja Konseling Rasional Emotif Pendekatan konseling rasional emotif sangat komprehensif, yaitu menangani masalah-masalah emosi, kognisi, dan perilaku. Pendekatan rasional emotif banyak kesamaannya dengan pendekatan yang berorientasi kognitif-tingkah laku yang menitik beratkan berpikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak. Pendekatan ini sangat didaktik dan sangat direktif serta lebih banyak berursan dengan dimensi-dimensi pikiran ketimbang dimensi-dimensi perasaan. a. Pandangan tentang Manusia Konseling rasional emotif memandang bahwa manusia bersifat rasional dan juga irasional. Individu berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Masalah-masalah emosional terletak dalam cara berpikir yang tidak rasional. Dengan mengoptimalkan intelektualnya, seseorang dapat membebaskan dirinya dari gangguan emosional. Pendekatan ini percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukannya, tetapi setiap orang bertanggung jawab akan semua tingkah lakunya. Dalam bahasa yang lebih spesifik pandangan manusia dari pendekatan rasional emotif adalah sebagai berikut. 1) Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu tidak efektif. 2) Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. 3) Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat personal, dan irrasional. 4) Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Dalam proses pertumbuhannya, akan terus berpikir dan meraakan dengan pasti tentang dirinya dan tentang yang lain. 5) Berpikir secara irasional akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. 6) Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu antecedent event (A), belief (B), dan emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC. Antecedent event (A) merupakan peristiwa pendahulu yang berupa fakta, peristiwa, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang. Hakikatnya A adalah segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu adalah antecedent event. Belief (B) adalah keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi produktif. Sedangkan keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan karena itu tidak produktif. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB. Kepribadian menurut Ellis pada dasarnya terdiri atas kepercayaan, konstruk, atau sikap. Apabila seorang Individu mempunyai suatu reaksi emosional pada titik C (konsekuensi emosional) setelah terjadi kegiatan atau peristiwa atau pengalaman. Hal itu menyebabkan suatu sistem kepercayaan (B). A tidak menyebabkan C tetapi sistem kepercayaan yang menjadi A menyebabkan C. b. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah Tingkah laku bermasalah : tingkah laku yang didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir yang irrasional (iB). Ciri-ciri iB adalah : (1) tidak dapat dibuktikan, (2) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan) yang sebenarnya tidak perlu, dan (3) menghalangi individu untuk berkembang. Sebab-sebab Individu Berpikir Irasional adalah : (1) individu tidak berpikir jelas tentang saat ini dan yang akan datang, antara kenyataan dan imajinasi, (2) individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain, dan (3) orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irrasional yang diajarkan kepada individu melalui berbagai media. c. Tujuan Konseling Kelompok Rasional Emotif Berdasarkan pandangan dan asumsi tentang manusia, kepribadian, asumsi tingkah laku bermasalah, tujuan utama konseling rasional emotif adalah sebagai berikut. 1) Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan anggota kelompok yang irrasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif. 2) Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah. Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tentang sistem keyakinan atau cara-cara berpikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling rasional emotif, yaitu pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu. Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irrasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya. Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irrasional. Secara lebih khusus Ellis menyebutkan bahwa dengan konseling rasional emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) berpikir rasional, (9) penerimaan diri, (10) berani mengambil risiko, dan (11) menerima kenyataan. c. Deskripsi Proses Konseling Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien. Tugas konselor dalam pendekatan konseling rasional emotif adalah membantu individu yang tidak bahagia dan menghadapi hambatan, untuk menunjukkan bahwa : (1) kesulitan atau masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan (2) berusaha memperbaikinya adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan. Konselor yang efektif akan membantu klien untuk mengubah pikiran, perasaan, dan tingkah laku klien yang tidak rasional. Tugas konselor di atas diwujudkan dalam tingkah laku : (1) konselor lebih edukatif-direktif kepada klien, dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal, (2) mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung, (3) menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri, (4) dengan gigih dan berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan emosional pada klien, (5) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari pada emosinya, (6) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis, (7) menggunakan humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irrasional. Secara spesifik, proses konseling rasional emotif memiliki karakteristik sebagai berikut. 1) Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. 2) Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional. 3) Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. 4) Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien. d. Teknik Konseling Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut. 1) Teknik-teknik Emotif (Afektif) a) Assertive adaptive, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien. b) Sosiodrama (bermain peran) , merupakan teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dalam bentuk drama. c) Self-Modeling, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu. Dalam self Pendekataning ini, klien diminta untuk tetap setia pada janjinya dan secara terus menerus menghindarkan dirinya dari perilaku negatif. d) Imitasi, merupakan teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif. 2) Teknik-teknik Behavioristik a) Reinforcement, yaitu teknik yang digunakan untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya. b) Social Approachment, merupakan teknik yang digunakan untuk memberikan tingkah laku-tingkah laku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu Pendekatan sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem Pendekatan sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor. c) Live Approachment, yaitu teknik yang digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah. 3) Teknik-teknik Kognitif a) Home work assigments, merupakan teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis dalam situasi-situasi tertentu, mempraktikan respon-respon tertentu, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada konselor. b) Latihan assertive, merupakan teknik yang digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru Pendekatan-Pendekatan sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah untuk a; (1) mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya, (2) membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain, (3) mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan diri, dan (4) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri. 2. Penerapan pendekatan Rasional Emotif pada Konseling Kelompok a. Peran dan fungsi pemimpin kelompok Ellis (Glading, 1995) mengemukakan lima peran pemimpin kelompok rasional emotif, yaitu: 1) Mengajar anggota tentang keaslian emosi. 2) Bertindak aktif dalam proses kelompok. 3) Mendorong anggota kelompok untuk saling membantu dalam berpikir irrasional. 4) Menggunakan penalaman yang berorientasi pada kegiatan dalam kelompok dan pemberian tugas rumah di luar kelompok. 5) Membiarkan ekspresi perasaan yang sebelumnya disembunyikan oleh anggota kelompok. Emosi-emosi tersebut kemudian ditangani dengan cara praktis dan rasional. b. Teknik dan proses kelompok Kelompok rasional emotif dapat dilaksanakan dengan menggunakan model terbuka, tertutup, atau maraton. Pada kelompok terbuka, pertemuan berlangsung secara terbatas atau beberapa bulan. Sedangkan kelompok tertutup berlangsung antara 10 sampai 12 sesi. Untuk kelompok maraton bertemu selama 12 – 36 jam (tergantung pada pemimpin dan anggota). Agar anggota dapat menerima umpan balik secara maksimal, jumlah angota kelompok rasional emotif tidak lebih dari 12 klien. Gladding (1995) menemukakan tahapan praktek kelompok rasional emotif sebagai berikut: 1) Pemimpin kelompok rasional Emotif memperkenalkan diri 2) Pemimpin kelompok meminta para anggota berbagi kesulitan dan masalah pribadi mereka. 3) Menganalisis situasi kesulitan yang telah dinyatakan oleh anggota dengan menggunakan intervensi terapeutik ABC 4) Antara anggota dan pemimpin saling memberikan umpan balik tentang permasalahan yang dibahas. 5) Pemimpin kelompok mengarahkan anggota untuk lebih memperhatikan permasalahan di sini dan sekarang, bukan masa lampau. 6) Pemimpin kelompok menggunakan berbagai macam teknik kognitif perilaku untuk membantu anggota. C. Latihan 1. Buatlah 1 contoh masalah yang dihadapi anggota kelompok yang disebabkan berpikir iraasional dan tentukan teknik pendekatan konseling rasional emotif apa yang akan anda gunakan untuk mengatasi masalah tersebut. 2. Buatlah satuan layanan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif (contoh masalah pada nomor 1) 3. Buatlah alat evaluasi untuk mengetahui hasil layanan konseling kelompok (sesuai satuan layanan pada nomor 2) pada anggota yang masalahnya di bahas. 4. Buatlah skenario pelaksanaan konseling kelompok dengan pendekatan Rasional Emotif mulai tahap I sampai V . 5. Praktekkan skenario yang anda susun dengan beberapa teman (kelompok). D. Rangkuman Konseling rasional emotif memandang bahwa manusia bersifat rasional dan juga irasional. Individu berperilaku dalam cara-cara tertentu karena ia percaya bahwa ia harus bertindak dalam cara itu. Masalah-masalah emosional terletak dalam cara berpikir yang tidak rasional. Tingkah laku yang didasarkan dikendalikan oleh cara berpikir yang irrasional (iB). Ciri-ciri iB adalah : (1) tidak dapat dibuktikan, (2) menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan) yang sebenarnya tidak perlu, dan (3) menghalangi individu untuk berkembang. Tujuan utama konseling rasional emotif adalah memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan anggota kelompok yang irrasional dan menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah. Beberapa teknik konseling rasional Emotif adalah : (1)Teknik-teknik Emotif (Afektif) meliputi Assertive adaptive, Sosiodrama (bermain peran) , Self-Modeling, dan Imitasi, (2) Teknik-teknik Behavioristik yang meliputi Reinforcement, Social Modeling, dan Live Modeling, dan (3) Teknik-teknik Kognitif yang meliputi Home work assigments, dan Latihan assertive. Tahapan praktek kelompok rasional emotif sebagai berikut: a. Pemimpin kelompok rasional Emotif memperkenalkan diri b. Pemimpin kelompok meminta para anggota berbagi kesulitan dan masalah pribadi mereka. c. Menganalisis situasi kesulitan yang telah dinyatakan oleh anggota dengan menggunakan intervensi terapeutik ABC d. Antara anggota dan pemimpin saling memberikan umpan balik tentang permasalahan yang dibahas. e. Pemimpin kelompok mengarahkan anggota untuk lebih memperhatikan permasalahan di sini dan sekarang, bukan masa lampau. f. Pemimpin kelompok menggunakan berbagai macam teknik kognitif perilaku untuk membantu anggota. E. Evaluasi Kerjakan latihan di bawah ini dengan memberi tanda silang pada jawaban yang anda anggap benar. 1. Menurut pendekatan Rasional Emotif, manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten ketika: a. berpikir dan bertingkahlaku rasional b. Berperilaku adaptif. c. Mampu mengatasi kecemasan. d. Mampu menghadapi situasi sekarang. 2. Yang menyebabkan hambatan emosional pada klien menurut pendekatan konseling Rasional Emotif, aadalah: a. Gangguan emosi b. Ide irrasional c. Perasaan cemas. d. Perilaku negatif. 3. Pada pelaksanaan konseling kelompok, fasilitator mengarahkan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dalam bentuk drama. Teknik tersebut adalah: a. Imitasi b. Assertive adaptif c. Bermain peran. d. Sosial Modeling. 4. Memberi kesempatan kepada angota yang masalahnya dibahas agar mengungkapkan rencana tindakan untuk mengubah pikiran rasionalnya menjadi rasional dalam rangka memecahkan masalah, dilakukan fasilitator/pemimpin konseling kelompok pada tahap: a. Pembentukan. b. Pembahasan masalah c. Penyimpulan d. Penutupan. 5. Konsep teori ABC pada pendekatan Rasional Emotif tentang pandangannya terhadap keyakinan yang rasional dan irrasional adalah: a. Antecedent event b. Belief. c. Emotional consequence d. Cognition 6. Menyampaikan tentang tujuan konseling kelompok dengan pendekatan rasional emotif, dilakukan fasilitator/pemimpin konseling kelompok pada tahap: a. Pengakhiran. b. Pembahasan masalah c. Peralihan d. Pengawalan F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Jawablah semua latihan pada bab ini,kemudian cocokkan jwaban Saudara dengan kunci jawaban dan nilai hasilnya. Apabila anda menjawab benar sebanyak 5 soal (80%) maka saudara dinyatakan lulus. Apabila mendapatkan hasil dibawah 80% maka Saudara diminta membaca dan memahami isi modul serta melakukan latihan lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes