kEGIATAN

Selasa, 18 Desember 2012

OBAT HATI

CARA MENGOBATI SAKIT HATI 1. Boleh menangis, tapi bukan menangisi dia. Maksudnya, biar hatimu menjadi lega. Tekankan dihatimu, air matamu terlalu berharga untuk menagisi dia, 2. Ganti pola pikirmu, bahwa kamu putus sama dia karena kamu akan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari dia. 3. Cari seseorang (lawan jenis) yang bisa jadi tumpahan rasa sakit hatimu. Bisa mantan kamu atau sohibmu. Yang pasti seseorang itu bila berada disisimu kamu merasa nyaman dan terlindungi. 4. Singkirkan benda-benda yang berhubungan dengan dirinya. Jangan ragu untuk menyimpan atau membuang benda-benda yang punya kenangan bersamanya. 5. Lakukan kegiatan yang kamu sukai. Ini beneran loh, kegiatan yang menjadikan kamu bahagia. Contohnya, ngebengkel, berkebun, mengajak adik atau kakak jalan-jalan. Atau bisa yang lainnya. 6. Jangan luangkan waktu sedikitpun berpikir tentang dia. Ada kok yang nasibnya lebih jelek dari kamu. 7. Kalaupun memikirkan dia, ingatlah kejelekan dia. Sehingga kamu jadi bersyukur karena nggak berdekatan lagi dengannya. 8. Manjakan diri kamu; bisa ke salon atau buat yang kamu bisa ke gym. Pokoknya bikin rileks tubuh dan hati. 9. Berkumpul dengan orang-orang yang selama ini dekat denganmu. Biasanya saat kamu masih bersamanya nggak sempat kumpul sama mereka. 10. Cari komunitas lain, yang selama ini nggak pernah kamu jabanin, misalnya kumpul sama anak-anak yang suka musik, penulis, teater, breakers atau yang lainnya. Siapa tahu kamu malah ketemu cinta sejatimu. 11. Bukalah hatimu buat semua orang, tersenyum pada semua orang. Berpikir positif bahwa dirimu punya arti buat mereka. Khususnya buat orang-orang yang dekat dengan kamu. 12. Mungkin sebaiknya kamu berdo’a. Percaya deh, bahwa do’a mampu mengatasi semua persoalan hidup.

Sabtu, 15 Desember 2012

Bahaya Rokok

Bahaya Merokok Untuk Pelajar
Anak anak ku sekalian khususnya anak anak ku Di MTs Al Karimi 1 Gresik berikut ini saya menjelaskan bahaya tentang rokok yang sering ananda keluhkan dan sebagian pula juga ada yang merokok. Maka mari kita pelajari tentang kandungan yang ada dalam batang batang rokok seperti yang telah kita bahas sama sama di bimbingan kelompok kemarin. A. Manfaat Menjaga Kesehatan Diri Setiap orang harus menjaga kesehatannya supaya memiliki jasmani dan rohani yang kuat dan sehat, sehingga dapat menjalani hidup dan kehidupannya. Untuk menjaga jasmani yang kuat dan sehat diperlukan rohani yang kuat dan sehat pula artinya rohani yang tidak mudah tergoda oleh berbagai godaan yang dapat menjerumuskan diri pada perbuatan yang merusak jasmani. Olahraga menjadi faktor pendukung dalam menjaga kesehatan diri sendiri. Salah satu hal yang menjadi faktor rusaknya kesehatan jasmani dan rohani adalah merokok . Kita harus berpikir jauh ke depan bahwa merokok dapat merusak kesehatan. Caranya dengan menghindari mengkonsumsi atau melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan, seperti merokok. Karena kebiasaan merokok dapat mengakibatkan ketergantungan yang dapat menganggu kesehatan. Rokok sendiri adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah . Dan merokok pada awalnya adalah keperluan spiritual, seperti memuja dewa atau roh dari suku bangsa Indian di Amerika. B. Bahaya Kebiasaan Merokok Saat ini, terdapat 1.100 juta penghisap rokok di dunia. Tahun 2025 diperkirakan akan bertambah hingga mencapai 1.640 juta orang. Setiap tahunnya, 4 juta orang meninggal dunia karena kasus yang berhubungan dengan tembakau. Tahun 2030, gambaran ini akan meningkat mencapai angka 10 juta. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999, sekitar 250 juta anak-anak di dunia akan meninggal karena tembakau apabila konsumsi tembakau tidak dihentikan Merokok sangat berbahaya bagi kesehatan, karena di dalam rokok sendiri terdapat ribuan unsur zat kimia yang terkandung. Dengan merokok, sama saja dengan menggunakan zat kimia secara tidak langsung dan juga menghancurkan organ-organ tubuh. Secara garis besarnya, merokok dapat membahayakan kesehatan tubuh. Berdasarkan penelitian dokter, berbagai jenis kerugian merokok, yaitu: 1. Timbulnya penyakit kanker (kanker darah, kanker otak, kanker kulit) 2. Terjangkitnya penyakit jantung (kelainan jantung) 3. Timbulnya bercak-bercak di paru-paru (paru-paru berlubang) 4. Penyakit ginjal (karena tidak berfungsinya ginjal) Menurut survei di beberapa SMP di Jakarta, setiap siswa di sekolahnya mulai mengenal bahkan mencoba merokok dengan presentase 40% sebagai perokok aktif yang terdiri atas 35% putra dan 5% putri. Dan berdasarkan pemantauan lanjutan dari para pelajar yang merokok itu sebanyak 25% Drop Out. Kebiasaan merokok bagi para pelajar bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpahaman informasi, termakan iklan atau terbujuk rayuan teman. Diperoleh dari hasil angket Yayasan Jantung Indonesia sebanyak 77% siswa merokok karena ditawari teman. Sehingga Yayasan Jantung Indonesia mendapat kesimpulan: 1. Dengan merokok dapat membuat pandai bergaul 2. Orang yang merokok terkesan lebih keren 3. Merokok meningkatkan prestasi belajar 4. Merokok dapat menghangatkan tubuh 5. Merokok membuat kelihatan dewasa 6. Merokok membuat penampilan lebih keren. Hasil kesimpulan itu tidak benar, karena orang merokok tidak akan mungkin mendapat prestasi, penampilan dan lain sebagainya. Justru orang yang merokok mukanya terlihat pucat, mata agak merah dan berair, giginya kuning kehitam-hitaman, bibirnya tidak merah terang agak kehitaman, bau mulut dan bau badan Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 402/Tahun 1990 yang isinya bahwa sekolah di DKI Jakarta bebas rokok. Berdasarkan Peraturan daerah No.2 tahun 2005 ditetapkan larangan merokok di tempat-tempat umum di DKI Jakarta Pemerintah juga diharapkan membuat kebijakan mengenai distribusi dan promosi rokok di masyarakat, karena menurut hasil survei Sensus Nasional tahun 2004 jumlah perokok di usia 19 tahun meningkat menjadi 78,2% dari 68,8% pada tahun 2001. C. Zat Kimia dalam Rokok Asap rokok membahayakan bagi yang menghirup, menghisap atau terhisap, karena setiap asap rokok mengandung kurang lebih 4000 unsur zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Beberapa zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok, misalnya : 1. Nikotin Nikotin adalah jenis zat yang terdapat pada tembakau, bersifat racun dan menyebabkan ketergantungan atau ketagihan. Rokok yang dihisap, nikotinnya akan memasuki otak dan berpengaruh pada saraf otak, serta menyebabkan jantung bekerja lebih cepat dengan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin juga dapat mengakibatkan lemahnya organ tubuh, antara lain: 1. Kulit kurang darah dan kurang oksigen 2. Wajah agak pucat , kaku agak kebiruan 3. Penyumbatan pembuluh nadi (serangan jatung) 4. Penyumbatan pembulu nadi otak (stroke) 2. Tar Salah satu unsur dalam asap rokok adalah tar yang sangat cepat menyebabkan gejala penyakit kanker karena terkandung bahan-bahan karnosigen, yaitu unsur kimia penyebab kanker. 3. Karbon Monoksida Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang paling berbahaya, karena memopunyai daya ikat yang kuat terhadap butir darah merah yang seharusnya membawa oksigen. Jadi, jika nikotin menyebabkan peningkatan kebutuhan akan oksigen, CO justru mengurangi pemasukan oksigen dalam darah. Keadaan ini menyebabkan perokok sering bernapas pendek dan kurang stamina. CO juga mempercepat penyempitan pembuluh darah terutama sekali pada jantung dan kaki D. Pengaruh Rokok Bagi Kesehatan 1. Jangka Pendek a. Asap rokok dapat merangsang batuk b. Asap rokok menyebabkan saluran napas menyempit yang berlangsung antara 30-40 menit c. Asap rokok melumpuhkan peralatan pembersih pada saluran napas yang menyebabkan napas sesak d. Bahan-bahan beracun dari asap rokok diserap oleh darah masuk ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan pusing dan sakit kepala. 2. Jangka Panjang a. Terjadinya gangguan fungsi paru-paru secara potensial b. Menyebabkan produksi lendir pada saluran napas berlebihan setelah kurang lebih 15 tahun merokok c. Penyempitan saluran napas yang menetap dengan gejala sesak napas d. Sebesar 80% dari pengaruh rokok dapat mengakibatkan kanker e. Memperbesar tingkat penyempitan / pengerasan pembuluh darah Secara khusus tembakau menimbulkan dampak-dampak negatif, khususnya bagi perempuan, antara lain: - Penelitian Joseph Cullman terhadap 17.000 perempuan hamil dan bayi yang baru lahir di Inggris menunjukkan bahwa bayi dari perempuan yang merokok memiliki peluang lebih besar untuk memiliki berat tubuh lebih rendah dan beresiko tinggi untuk lahir hidup atau, kalaupun bertahan hidup paling lama 28 hari - Merokok penyebab utama kanker tenggorokan. Sekitar 90 persen kematian perempuan yang mengidap kanker tenggorokan diakibatkan oleh kebiasaan merokok. Tahun 1950, kematian perempuan akibat kanker tenggorokan terhitung hanya 3 persen, namun pada tahun 2000 meningkat menjadi 25 persen. - Perempuan merokok memiliki peningkatan resiko mengidap stroke ischemic dan peripheral vascular atherosclerosis. Penghentian kebiasaan merokok mengurangi resiko penyakit hati koroner satu hingga dua tahun setelah berhenti merokok - Beberapa penelitian menyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan fungsi menstruasi, misalnya rasa nyeri dan menstruasi yang tidak teratur. Perempuan merokok mendapatkan masa menopause lebih cepat daripada perempuan yang tidak merokok - Merokok selama kehamilan beresiko terhadap pecahnya membran secara prematur, plasenta terpisah dari uterus, dan lokasi plasenta yang tidak normal - Perempuan merokok lebih cepat mengalami kerapuhan tulang E. Upaya Pemerintah Untuk itu, berbagai langkah perlu segera dilakukan pemerintah, baik upaya penanganan terhadap zona perokok aktif maupun pasif. Langkah-langkah tersebut bisa ditempuh dengan: (1) membuat dan memasukkan materi bahaya merokok pada kurikulum di sekolah dasar dan menengah, sekolah kedokteran atau sekolah paramedis; (2) membuat kegiatan yang mendukung antirokok dan bahaya merokok pada usia sekolah. (3)membangkitkan kesadaran tentang bahaya merokok, kecanduan rokok, dampak sosial ekonomi akibat rokok pada publik (terutama anak-anak dan remaja); (4) melakukan counter marketing guna mengurangi atau meniadakan keterlibatan industri rokok, terutama pada usia anak dan remaja

Pentingnya Belaja

1. Hakikat Belajar Menurut Hakim (2005:1) “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”. Ahli lainnya Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar. 2. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Trinandita (dalam Yasa, 2008:1) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Dimyati (dalam Adijaya, 2004:12) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku sebagai berikut. 1) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2) Interaksi siswa dengan guru. 3) Interaksi siswa dengan siswa. 4) Kerjasama kelompok. 5) Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok. 6) Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. 7) Aktivitas belajar siswa dalam menggunakan alat peraga. 8) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena siswa mau aktif untuk belajar. 3. Prestasi Belajar Poerwadarminta (1987:767) menyatakan “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan”. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Ahmadi (dalam Samier, 2008:1) menyatakan “setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor – faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat”. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut. 1) Faktor Internal. Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: (a) Faktor lntelegensi Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika. (b) Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. (c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran dan sebaliknya. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu: (a) Faktor Guru Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga menunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan deduktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin. (b) Faktor Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya siswa belajar. (c) Faktor Sumber-sumber Belajar Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.

Pentingnya Belaja

1. Hakikat Belajar Menurut Hakim (2005:1) “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan”. Ahli lainnya Slameto (2003:13) menyatakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar. 2. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Trinandita (dalam Yasa, 2008:1) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Dimyati (dalam Adijaya, 2004:12) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri prilaku sebagai berikut. 1) Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. 2) Interaksi siswa dengan guru. 3) Interaksi siswa dengan siswa. 4) Kerjasama kelompok. 5) Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok. 6) Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran. 7) Aktivitas belajar siswa dalam menggunakan alat peraga. 8) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi. Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena siswa mau aktif untuk belajar. 3. Prestasi Belajar Poerwadarminta (1987:767) menyatakan “prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukan”. Jadi prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Ahmadi (dalam Samier, 2008:1) menyatakan “setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor – faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat”. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut. 1) Faktor Internal. Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu: (a) Faktor lntelegensi Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika. (b) Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar. (c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran dan sebaliknya. 2) Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu: (a) Faktor Guru Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga menunjukkan fleksibilitas yang tinggi yaitu pendekatan deduktif dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran, sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin. (b) Faktor Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya siswa belajar. (c) Faktor Sumber-sumber Belajar Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih bermakna.

Karakteristik pemikiran aswaja

Karakteristik Pemikiran Aswaja Berdasarkan perbedaan pemaknaan terhadap istilah Ahlussunnah wa al-Jama’ah seperti dijelaskan di atas, terdapat tiga karakteristik pemikiran Aswaja, yaitu: 1. Atsariyah (Tekstualis) Dalam akidah dan tasyri’ (penetapan hukum syariat), Atsariyah merujuk pada teks al-Qur’an dan Sunnah. Kedua sumber hukum itu lebih didahulukan dari akal dan teks lain, seperti pendapat-pendapat yang bertentangan dengan teks yang sudah dipastikan dalam al-Qur’an dan Sunnah. Atsariyah menganggap potensi ijtihad terbuka dalam ranah yang belum dijelaskan oleh nas al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad paling utama, menurut Atsariyah, adalah yang dilakukan oleh kaum Salaf, yakni sebuah era yang disebut oleh Nabi Muhammad, yakni tiga abad pertama dalam sejarah Islam. Nabi menyebut era itu dengan kebaikan, yakni era sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. 2. Nazhariyah Aqliyah Nazhariyah Aqliyah (teori rasio) memiliki karakteristik pemikiran dengan menggunakan ilmu kalam dalam akidah. Penjelasan dengan menggunakan cara-cara manthiq dan ilmu kalam itu demi menjelaskan nas al-Qur’an dan Sunnah, serta tidak keluar dari akidah salaf yang menjadi ciri khas Aswaja, bahkan untuk membela akidah generasi pertama Islam tersebut. 3. Shufiyah. Sebuah nama yang dinisbatkan pada kata Tasawwuf ini merupakan metode seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Allah serta merealisasikan kedudukan ihsan (makrifatullah). Hal itu mereka tempuh dengan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah, meninggalkan berbagai larangan, membersihkan hati dari akhlak buruk, kemudian menghiasinya dengan akhlak yang baik. Dalam hal konsep dasar akidah, Shufiyah mengikuti kategori pemikiran Aswaja yang lain, yakni Atsariyah dan Nazhariyah ‘Aqliyah. Dalam fikih, Nazhariyah ‘Aqliyah mengikuti salah satu madzhab empat. Dalam keyakinan, mempercayai ilmu kasyaf dan ilham selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah.

Golongan Umat Islam

73 Golongan Umat Islam Imam Turmudzi, Abu Dawud dan Ibn Majah, masing-masing dalam kitab Sunan-nya meriwayatkan hadits tentang penggolongan umat Islam menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan atau firqoh, dan hanya satu golongan di antaranya yang selamat dari ancaman siksa neraka, yaitu golongan yang konsisten pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya (Jama’ah) atau yang kemudian disebut dengan sebutan Ahlussunnah wal Jama’ah. Menurut Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (w. 429 H/1037 M) sebagaimana disebut dalam karya monumentalnya, Al-Farq bainal-Firaq hadits tersebut diriwayatkan dari beberapa sumber sanad, antara lain; Anas bin Malik, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin ‘Amr, Abu Umamah dan Watsilah bin al-Asqa. Respon para ulama kalam terhadap hadits tersebut ternyata tidak sama. Setidaknya, ada tiga macam respon yang diberikan; Pertama, hadits-hadits tersebut digunakan sebagai pijakan yang dinilainya cukup kuat untuk menggolongkan umat Islam menjadi 73 firqah, dan di antaranya hanya satu golongan yang selamat dari neraka, yakni Ahlussunnah wal Jama’ah. Di antara kelompok ini antara lain; Imam Abdul Qahir al-Baghdadi (Al-Farq bainal-Firaq), Imam Abu al-Muzhaffar al-Isfarayini (at-Tabshir fid Din), Abu al-Ma’ali Muhammad Husain al-‘Alawi (Bayan al-Adyan), Adludin Abdurrahman al-Aiji (al-Aqa’id al-Adliyah) dan Muhammad bin Abdulkarim asy-Syahrastani (al-Milal wan Nihal). Ibn Taimiyyah dalam Majmu’ Fatawa (vol-3) menilai bahwa hadits tersebut dapat diakui kesasihannya. Kedua, hadits-hadits tersebut tidak digunakan sebagai rujukan penggolongan umat Islam, tetapi juga tidak dinyatakan penolakannya atas hadits tersebut. Di antara mereka itu, antara lain; Imam Abu al-Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari (Maqalatul Islamiyyin wa ikhtilaful Mushollin) dan Imam Abu Abdillah Fakhruddin ar-Razi (I’tiqadat firaqil Muslimin wal Musyrikin). Kedua pakar ilmu kalam ini telah menulis karya ilmiahnya, tanpa menyebut-nyebut hadits-hadits tentang Iftiraq al-Ummah tersebut. Padahal al-Asy’ari disebut sebagai pelopor Ahlussunnah wal Jama’ah. Ketiga, hadits Iftiraqul Ummah tersebut dinilai sebagai hadits dla’if (lemah), sehingga tidak dapat dijadikan rujukan. Di antara mereka adalah Ali bin Ahmad bin Hazm adh-Dhahiri, (Ibn Hazm, al-Fishal fil-Milal wal-Ahwa’ wan-Nihal). Pengertian firqah atau golongan dalam hadits tersebut, oleh para ulama dan para ahli tersebut, berkaitan dengan Ushuluddin (masalah-masalah agama yang fundamental dan prinsipil), bukan masalah furu’iyyah atau fiqhiyyah yang berkaitan dengan hokum-hukum amaliyah atau yang kerap disebut sebagai masalah khilafiyah, semacam qunut shalat subuh, jumlah raka’at tarawih, ziarah kubur, dan lain-lain. Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul-Hamid, seorang ulama’ yang banyak men-tahqiq karya-karya unggulan dalam ilmu kalam, seperti karya Imam al-Asy’ari, al-Baghdadi di atas, menyatakan kesulitannya untuk memperoleh hitungan yang valid terhadap firqoh-firqoh baru, seperti Ahmadiyah dan lain-lain. Demikian itulah masalah yang muncul dari hadits 73 firqoh. Selain itu, ada masalah-masalah lain yang masih memerlukan studi lebih lanjut yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyyah dan diniyyah, seperti; apa yang dijadikan parameter untuk menentukan suatu kelompok umat ini menjadi firqah tertentu yang mandiri yang berbeda statusnya dari kelompok lain. Lalu, apa sebetulnya yang paling banyak menjadi pemicu timbulnya firqah-firqah tersebut? Terakhir, sejauhmana peran realitas historis dan kultural dalam mempengaruhi perjalanan dan dinamika firqah-firqah tersebut. Tentu saja, masih banyak lagi yang perlu dikaji lebih lanjut. Prof KH Tholchah Hasan Wakil Ra'is Am Syuriah PBNU

Jumat, 14 Desember 2012

Administrasi dan Program kerja

I. PENDAHULUAN Setiap organisasi (apapun bentuknya ) pasti Amempunyai rumusan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi yang mempunyai rumusan tujuan yang jelas akan mendapatkan kesulitan kearah mana organisasi iti akan dibawa. Perumusan tujuan organisasi yang jelas akan memudahkan organisasi dalam menentukan kebijakan organisasi. Melalui tujuan tersebut, sebuah organisasi mendapat gambaran kearah mana orgaisasi tersebut akan dibawa, mendapatkan landasan bagi organisasi, memudahkan menentukan macamnya tugas, dan akan mudah menentukan PRODER KISS ME (program, prosedur, koordinasi, integrasi, simplikasi,sinkronisasi dan mekanisme ). Perumusan tujuan meski menjadi syarat mutlak bagi organisasi, tetapi bukanlah merupakan satu-satunya syarat. Rumusan tujuan perlu ditopang oleh syarat-syarat lain yang tidak kalah pentingnya diantaranya (anggota), kelompok, kerja sama, dan perangkat lainnya seperti Administrasi, Program kerja dan network planning. Diantara sederetan piranti organisasi yang akan penulis uraikan lebih panjang adalah Administrasi, Program kerja dan network planning.ketiga piranti organisasi tersebut penulis uraikan karena penulis berpendapat bahwa kegiatan Administrasi, Program kerja dan network planning mempunyai peran yang signifikan dalam kegiatan organisasi. II. ADMINISTRASI Seperti telah diuraikan diatas bahwa sebuah organisasi yang baik adalah organisasi yang telah menetapkan rumusan organisasi yang jelas. Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi sudah barang tentu akan melakukan segala usaha/ kegiatan organisasi, dari mulai merencanakan tujuan sampai dengan kegiatan evaluasi kegiatan.usaha/kegiatan tersebut disebut dengan administrasi. Secara umum, administrasi adalah usaha atau kegiatan sekelompok orang yang bekerja secara teratur untuk mencapaisuatu tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.usaha-usaha atau kegiatan yang dimaksud meliputi semua kegiatan yang lazim dilakukan oleh organisasi, seperti penetapan rencana program, pengorganisasian, penajaman dan penyelenggaraan program, kegiatan pengawasan, kegiatan evaluasi, kegiatan pembuatan pelaporan, dan lainlain. Sedangkan secara sempit administrasi diartikan sebagai kegiatan tata usaha, clerical work (kegitan catat mencatat/tulis –menulis ) atau sectretrial work (pekerjaan sekertaris), yaitu keseluruhan kegiatan mencatat segala kejadian bagi pimpinan suatu organisasi. Keseluruhan rumusan pengertian administrasi secara sempit tersebut disebut juga kesektariatan. Dari batasan-batasan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa pengetian administrasi meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Rangkaian kegiatan/ perbuatan, termasuk kegiatan kesekretaritan; 2. Adanya kelompok orang; 3. Adanya kerjasama; 4. Adanya unsur-unsur untuk mencapai tujuan; III. KESEKRETARIATAN Kesekretariatan disebut juga kegiatan tata usaha. Seperti telah disinggung diatas, bahwa tata usaha merupakan bagian pengertian sempit administrasi dan merupakan bagian yang cukup menunjang tercapainya tujuan administrasi. Dengan kata lain, kegiatan tata usaha atau keskretariatan merupakan suatu bagian dari kegiatan administrasi. 1. Tulis menulis (rencana program, strategi pelaksanaan program, sampai evaluasi ). 2. Surat menyurat; 3. Kegiatan kearsipan dan agenda; 4. Pemilikan dan pemeliharaan buku induk organisasi; 5. pengiriman dan penerimaan surat; dan 6. data-data lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tilis menulis Dari uraian diatas dapat menyimpulkan bahwa Tata Usaha adalah menghimpun keteranganketerangan tertulis yang dapat digunakan untuk menunjang kelancaran kegiatan administrasi.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sipat Tata Usaha adalah sebagai “pelayananterhadap kegiatan pokok administrasi”. Berikut ini penulis uraikan beberapa kegiatan Tata Usaha yang memiliki aturan-aturan (baku)tertentu, yaitu: surat menyurat, kearsipan, agenda, buku induk, dan buku agrnda kegiatan. A. Surat Menyurat Di antara kegiatan Tata Usaha yang paling menonjol adalah kegiatan surat menyarat (korespondensi). Surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Hubungan yang terjadi antara pihakpihak tersebut disebut kegiatan surat menyurat atau korespondensi. Selain sebagai sarana komunikasi, surat juga berfungsi sebagai: 1. Alat untuk menyampaikan pemberitahuan, permintaan atau permohonan buah pikiran/gagasan. 2. Alat bukti tertulis, misalnya surat perjanjian. 3. Alat untuk mengingat, misalnya surat yang diarsipkan. 4. Bukti sejarah, misalnya surat-surat yang bersejarah. 5. Pedoman kerja, misalnya surat keputusan dan surat perintah. Jika dilihat dari segi bentuk, isi, dan bahasanya, surat dapat digolongkan atas 3 (tiga) jenis, yaitu: 1. surat pribadi, 2. surat dinas (resmi), dan 3. surat niaga. Selain ketiga jenis surat tersebut, terdapat juga jenis surat yang lain, misalnya : surat edaran,surat pengumuman, surat perjanjian, dan surat keputusan. Ada beberapa bentuk penulisan surat. Yang dimaksud dengan bentuk surat adalah pola surat menurut susunan, letak, dan bagian-bagian surat. Setiap bagian surat itu sangat penting peranannya sebagai identifikasi atau petunjuk pengelolaan surat. Menurut pola umum yang berlaku dalam surat menyurat, bentuk surat dikelompokan menjadi6(enam) dan macam bentuk surat, yaitu : (a) bentuk lurus penuh (full block style), (b) bentuk lurus (block style), (c) bentuk setengah lurus (semi block style), (d) bentuk bertekuk (idented style), (e) bentuk resmi Indonesia lama, dan (f) bentuk Indonesia baru. (contoh lengkap bentuk-bentuk surat tersebut dapat dilihat pada buku seri penyuluhan bahasa Indonesia bagian surat menyurat. Sekedar memberikan gambaran untuk memudahkan pemahaman pembaca, berikut penulis berikan contoh bagian-bagian surat dalam bentuk lurus (block style) Keterangan : (1) Kop/Kepala Surat; (2) tanggal surat; (3) nomor. Lampiran, perihal (4) alamt,tujuan; (5) salam pembuka; (6) Isi surat (7) Salam penutup; (8) pengirim surat; dan, (9) tembusan; B. Kerasipan, Agenda dan Ekspedis 1). Arsip Kegiatan Kearsipan terdiri atas pengelolaan arsip itu sendiri dan agenda. Arsip adalah suatu tempat penyimpanan dan pengolahan data-data tertulis, seperti surat-surat dan dokumendokumen. Arsip berarti pula dokumen tertulis yang berasal dari komunikasi tertulis ( Surat, akta, dan sebagainya) yang dikeluarkan instansi resmi, yang disimpan dan diperlihara ditempat khusus untuk referensi. Orang (ahli) yang bias mengurus bagian penyimpanan dan pemeliharaan surat-surat disebut arsiper Arsip memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. (seolah-olah) sebagai suatu pusat ingatan dari organisasi dalam memulihkan keterangan bila diperlukan. 2. Sebagai sarana pembuktian dalam peristiwa hokum 3. Arsip mempunyai nilai sejarah yang menggambarkan peristiwa-peristiwa lampau. 4. Arsip memberikan jasa dalam kemajuan dan perkembangan dunia keilmuan, dan lainlain. System penyimpanan (pengarsipan) ada 5 (lima) macam, yaitu : 1) Sistem penyimpanan menurut abjad (Alfabetic Filling), yaitu penyusunan arsip berdasarkan nama orang atau organisasi utama. 2) Sistem penyimpanan menurut pkok soal (Subject Filling), yaitu penyusunan arsip didasarkan pada jenis dan isi surat.. 3) Sistem penyimpanan menurut wilayah (Geografic Filling), yaitu penyusunan arsip didasarkan pada asal daerah surat.. 4) Sistem penyimpanan menurut nomor (Numeric Filling), yaitu penyusunan arsip didasarkan angka nomor pada surat. 5) Sistem penyimpanan menurut tanggal (Chronological Filling), yaitu penyusunan arsip berdasarkan tanggal yang tertera pada surat tersebut. 2) Agenda Buku agenda, adalah buku catatan yang bertanggal untuk satu tahun (periode) yang berfungsi untuk mencatat surat-surat, baik surat masuk maupun surat keluar. Orang yang bertugas mencatat surat masuk dan keluar (mengagendakan surat) disebut agendaris. Buku agenda, dapat dibagi atas 2 (dua) macam, yaitu : 1) Agenda Tunggal, yaitu agenda yang menggunakan satu buku. Lembaran sebelah kiri untuk surat masuk dan sebelah kanan untuk surat keluar. 2) Agenda anda, yaitu agenda yang terdiri dari 2 (dua). Satu buku khusus untuk mencatat surat masuk, dan yang satunya lagi khusus untuk mencatat surat keluar. 3. Ekspedisi kegiatan kesekretariatan lain yang berhubungan dengan surat menyuratadalah ekspedisi. Ekspedisi adalah kegiatan mengurus (mengirim/mengantarkan) surat-surat atau barangbarang. Orang yang bertugas untuk mengirim/mengantar surat-surat atau barangn-barang disebut ekspeditur. Untuk memudahkan surat-surat, sebuah organisasi memerlukn bukuk ekspedisi. Buku ini sangat penting sebagai alat bukti bahwa surat yang dibuat telah dikirim dan diterima oleh alamat tujuan surat tersebut. C. Buku Induk dan Agenda Kegiatan Buku induk merupakan buku-buku yang memuat data-data identitas pengurus/anggota organisasi yang bersangkutan. Buku ini berisi data-data atau identitas baik pengurus maupun anggota organisasi. Fungsi dari buku ini adalah untuk menginventarisasi data seluruh personal pengurus dan anggota organisasi lengkap dengan identitasnya. Buku agenda kegiatan merupakan buku yang berisi data-datarangkaian kegiatan organisasi selama periode tertentu. Buku ini digunakan setiap organisasi, jawatan, instansi, dan badanbadan yang berguna bagi kelengkapan administrasi dan laporan-laporan. IV. PROGRAM KERJA 1. .PENGERTIAN a. Program kerja OSIS merupakan perwujudan dari komitment organisasi untuk berperan aktif mendukung program OSIS dalam upaya mencapai maksud dan tujuan seperti dalam anggaran dasar. b. Program kerja OSIS oleh rapat kerja yang memuat pokok-pokok program secara garis besar yang merupakan pedoman dalam merumuskan program dan pelaksanaan selanjutnya. c. Program ini bersifat mengikat untuk di laksanakan segenap pengurus OSIS dan masyarakat sekolah. 2. .MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan ditetapkan program ini adalah memberikan arah dan prioritas bagi perkembangan sekolah secara menyeluruh dan bertahap dalam rangka mewujudkan visi dan misi SMA serta tanggung jawab dan keikutsertaannya berpatisipasi dalam mendukung kemajuan bidang pendidikan. 3. PERENCANAAN seorang pimpinan harus bias memilih program kerja yang menjadi prioritas utama dalam sebuah organisasi, yang menguntungkan untuk organisasi, menentukan sebuah kepanitiaan dan menentukan bidang-bidang yang dibutuhkan, menentukan garis-garis besar dan tata cara pelaksanaan program kerja dari tiap-tiap bidang, mengalokasikan sumberdaya dan mengotrol jalannya pelaksanaan. a. Dalam perencanaan program kerja komponen-komponen yang harus ada adalah sebagai berikut: 1. pemilihan program kerja prioritas. 2. menganalisa isu 3. menentukan tujuan program kerja. 4. menentukan cakupan program kerja. 5. menentukan garis besar waktu dan pelaksanaan. b. PROGRAM KERJA PRIORITAS “nama program kerja” c. TUJUAN : mengapa punya program kerja ? 1. mendidik / membangun sekelompok ……(siapa)…agar dapat membuat / mengembangkan …(apa)….dengan waktu ….(berapa lama) … dengan harapan terbentuk menjadi….(bagaimana)….dengan segala keterbatasan yang ada. 2. program kerja dapat mengurangi apa ? 3. apa hasilnya untuk organisasi ? 4. apa kelanjutan dari program kerja (terobosan) ? d. ISU : analisis system. 1. kenapa program kerja ini sampai diajukan ? 2. kelemahan, kekuatan dari organisasi (dari dalam). 2. peluang, ancaman untuk organisasi (dari luar). e. CAKUPAN : untuk siapa, dan area cakupan seberapa besar ? 1. diperuntukkan untuk siapa ? 2. seberapa besar daerah cakupannya ? f. WAKTU 1. butuh berapa tahap ? 2. tiap tahap butuh berapa lama ? CONTOH: nama program kerja : ”menciptakan anggota ahli” analisa isu : susahnya orang mencari kerja atau membuat lahan kerja sendiri. Tidak adanya tenaga ahli dalam organisasi yang bisa digunakan sebagai ujungtombak dalam mengembangkan organisasi. Program kerja ini diajukan karena dapat membantu pekembangan organisasi secara signifikan dalam berbagai hal. kelemahan dari organisasi : kemungkinan secara individu orang yang kita kirim mengikuti pelatihan tidak mampu menguasai keahlian yang diharapkan, untuk itu kita butuh mengirimkan beberapa orang yang tentu saja menambah anggaran. Kekuatan organisasi : dengan adanya organisasi pasti ada anggaran yang tersedia untuk program kerja, dan kemungkinan ada perusahaan yang mau membantu dan memudahkan pengajuan dana untuk program kerja selanjutnya jika program kerja sukses. Ancaman : kemungkinan sabotase dari pihak lain yg tidak suka atau yg merasa terganggu dengan kemajuan organisasi. Peluang : kita bisa lebih maju dari organisasi lain yg mempunyai core kepentingan sama karena kita punya tenaga ahli dalam merangkul masyarakat secara mental, hal ini bisa terjadi dengan alasan : kita memberi keahlian kepada masyarakat agar dapat mencari kerja dan secara otomatis timbal balik nama besar akan tercipta di mata masyarakat yang akan memudahkan kita mencari sponsor yang akan menguntungkan secara organisasi maupun personal. Tujuan : mendidik 2 orang anggota agar mampu merencanakan, mendesain, merancang, dan membuat produk sesuai kehalian yang dia dapatkan secara baik dan benar dalam kurun waktu 3 bulan pelatihan dan diharapkan menjadi tenaga ahli dalam bidang tersebut dalam organisasi dengan keterbatasan keuangan yang minim. Program kerja dapat mengurangi pengangguran secara permanen karena orang yang dikirim dalam pelatihan diharapkan bisa bekerja dan mendapat penghidupan yg layak. Jika anggota organisasi yang dikirimkan untuk mengikuti pelatihan, diharapkan anggota tersebut dapat menjadi ahli yang nantinya akan menjadi ujung tombak organisasi untuk membimbing teman-teman dalam organisasinya agar mempunyai keahlian yang sama. Setelah mengirim beberapa anggota organisasi mengikuti pelatihan, kita bisa membuat program kerja lanjutan dengan memanfa’atkan keahlian anggota yang tadinya kita kirim dalam pelatihan yang nantinya melibatkan masyarakat sekitar agar mereka juga punya keahlian yang bisa digunakan dalam mencari kerja ataupun membuka lapangan kerja sendiri sekaligus mempopulerkan nama organisasi di masyarakat. Memudahkan perekrutan anggota atau simpatisan jika nama organisasi sudah populer dan secara kualitas menguntungkan masyarakat secara umum. cakupan : Untuk 2 organisasi sendiri pada tahap pertama dan bertempat di tempat pelatihan jadi organisasi sementara waktu belom menyediakan tempat untuk program kerja tahap ini. Untuk anggota organisasi lainnya dan masyarakat sekitar pada tahap program kerja selanjutnya, dan untuk tahap ini, kita butuh tempat yang akan digunakan untuk pelatihan. mungkin kita bisa meminjam tempat gratis dari badan-badan pemerintah atau organisasi lain yang memang bergerak dibidang ini. waktu : Untuk tahap pertama diperkirakan 3 bulan seperti halnya pelatihan-pelatihan yang ada. Untuk tahap selanjutnya diperlukan waktu 3 bulan kali berapa kali pelaksanaan. I V. P E N U T U P Administrasi, Program kerja dan network planning bukan merupakan bagian disiplin ilmu eksakta. Ini berarti bahwa teori tentang ketiga topik tersebut adalah terus mengalami perubahan, pergeseran dan penambahan-penambahan sesuai dengan perkembangan kebutuhan organisasi. Perkembangan kebutuhan organisasi tidak terlepas dari usaha untuk lebih memperbaiki citra organisasi tersebut. Oleh karena itu inisiatif-inisiatif dengan ide-ide cerdas menjadi sangat penting, termasuk ide-ide dalam bidang Administrasi, Program kerja dan network planning sebagai piranti penting dalam menjalankan roda organisasi. Wassalam,

Kamis, 13 Desember 2012

Tugas Perkembangan Remaja


1. Tugas Perkembangan Remaja Wiilian Kay (Dalam saymsu Yusuf.2002:72) mengemukakan tugas perkembangan remaja sebagai berikut: a. Menerima keadaan fisik dan keragaman kualitasnya. b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas. c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain,baik secara individual maupun kelompok. d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya. e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri. f. Memperkuat kemampuan mengendalikan diri atau dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup. g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri Ridwan (2004:135) mengemukakan tugas perkembangan sebagaiberikut: 1) Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria dan wanita. 2) Menjalin hubungan baru dengan teman-teman sebaya, baik sesama jenis maupun lawan jenis. 3) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang dewasa lain. 4) Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomis. 5) Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan. 6) Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji. 7) Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat. Tugas-tugas tersebut menuntut untuk dipenuhi. Artinya, remaja membutuhkan sesuatu pelayanan, baik yang diusahakan sendiri maupun atas bantuan pihak lain, untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut sehingga memasuki tahap perkembangan selanjutnya secara lebih baik. Ada beberapa faktor yang paling penting yang mempengaruhi tugas-tugas dalam perkembangan. Faktor yang menghalangi antara lain; tingkat perkembangan yang mundur, tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas perkembangan, tidak ada bimbingan untuk menguasainya, tidak ada motivasi, kesehatan butuk, cacat tubuh, tingkat kecerdasan yang rendah. Sedangkan yang mendukung adalah tingkat perkembangan yang normal, kesempatan untuk mempelajari tugas perkembangan, ada bimbingan untuk menguasainya, memiliki motivasi, kesehatan yang baik, tingkat kecerdasan yang tinggi, dankreatifitas. 2. Karakteristik perbedaan Individual Peserta Didik Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik. Perbedaan tersebut dapat diketahui secara fisik yang mempunyai bentuk khas, tingkat kestabilan emosi dan temperamennya, sikap dan tingkah lakunya, bakatnya, nilai dan moralnya, dan keadaan sosialnya. Dalam hal pemahaman terhadap peserta didik, guru bimbingan dan konseling tidak dapat menggolongkannya ke dalam satu kategori, misalnya ia anak yang nakal, emosional, dan tidak berbakat atau berbakat. Perbedaan setiap peserta didik perlu dipahami oleh guru bimbingan dan konseling sebagaimana ia adanya. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Perbedaan individu juga dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaran pendidikan khusus yaitu pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 3. Penerapan Kaidah perkembangan Fisik, Psikologi, dan Perilaku terhadap Sasaran Pelayanan Konseling Peranan bimbingan dan konseling di sekolah sangat nyata dalam membantu perkembangan pribadi siswa. Peranan tersebut yaitu membantu siswa mengaktualisasikan potensinya, membantu menyelesaikan tugas perkembangan, membantu siswa menjadi pribadi yang mandiri dan anggota masyarakat yang bertanggung jawab, dan membantu siswa tumbuh berkembang sebagai pribadi yang unik. Berkaitan dengan tugas perkembangan, siswa membutuhkan suatu layanan dari pihak lain, termasuk guru BK, agar tugas-tugas perkembangan tersebut terpenuhi. Melalui pelayanan BK di sekolah siswa mendapat kesempatan mendapat bantuan untuk berkembang optimal. Dalam upaya tersebut, guru BK dalam menyelenggarakan layanan merujuk pada kebutuhan siswa baik secara analisis klasikal atau individual. Analisis kebutuhan siswa dapat dilakukan dengan mengalisa uraian tugas perkembangan siswa. Penjabaran dari upaya bantuan kepada siswa dalam mencapai tugas perkembangan antara lain perlu mempertimbangkan perkembangan fisik, psikis, dan perilaku siswa.Pemahaman guru BK akan hal tersebut memungkinkan adanya pelayanan yang sesuai kebutuhan peserta didik. Penerapan kaidah perkembangan fisik, psikis, dan perilaku individu dalam layanan BK dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan, antara lain: a. Penyusunan program Program BK yang baik ialah suatu bentuk program BK apabila dilaksanakan di sekolah memiliki efisiensi dan efektifitas yang optimal. Salah satu syarat program BK adalah hendaknya memberikan pelayanan kepada semua peserta didik (W.Miller dalam Mungin Edi Wibowo. 2002:8). Selain itu, dalam menyusun program hendaknya berdasar kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan kondisi pribadinya, jenjang dan jenis pendidikannya. Memperhatikan pada syarat penyusunan program tersebut, maka guru BK di jenjang SMP dan SMA/SMK dituntut untuk memahami kebutuhan peserta didiknya. Kebutuhan tersebut antara lain dilihat dari perkembangan fisiknya, psikologis, dan perilakunya. Untuk mengetahui kebutuhan tersebut guru BK dapat melakukan pengumpulan data tentang kebutuhan peserta didik untuk mengoptimalkan perkembangan fisik, misalnya data tentang ukuran tingi dan berat bada, keadaan panca indra, penyakit yang pernah diderita, dan pandangan siswa terhadap perkembangan fisiknya. Kecuali data perkembangan fisik, guru BK juga perlu memahami kebutuhan peserta didik dari aspek psikis. Data tersebut misalnya tentang keadaan emosi, hubungan sosial, bakat dan upaya pengembangan bakat, pelaksaan nilai-nilai agama, tata tertib sekolah, dan masyarakat. Tidak kalah penting, tentang kebutuhan perilaku. Guru BK dapat mengetahui hal tersebut dengan menyusun instrumen analisis kebutuhan yang mengungkap perkembangan perilaku dan kemungkinan dimilikinya perilaku menyimpang. Misalnya, kecenderungan merokok dan narkoba, perilaku seksual dan perilaku belajar. Instrumen yang digunakan perlu disesuaikan dengan aspek yang akan diketahui. Misalnya, sosiometri dan angket hubungan sosial untuk mengetahui perkembangan sosial dengan teman sebaya. Untuk mengetahui kondisi fisik peserta didik dapat dengan angket, wawancara dan pengamatan kesehatan. Data kebutuhan siswa yang sudah diperoleh merupakan dasar penyusunan program BK. Materi tentang penyusunan intrumen analisis kebutuhan peserta didik dan menyusun program BK akan dibahas pada mata diklat khusus. b. Pelaksanaan Layanan / Kegiatan Pendukung Penyelenggaraan layanan adalah wujud nyata dari kegiatan pelayanan bimbingan BK terhadap peserta didik. Kegiatan layanan yang dilaksanakan hendaknya bertolak dari kebutuhan peserta didik. Karena Layanan BK berorientasi pada permasalahan dan perkembangan siswa secara individual maka program satuan layanan itu hendaklah meletakkan aspek-aspek individual peserta didik sebagai fokus kegiatan. Sebagai wujud pelayanan kebutuhan peserta didik dalam mengoptimalkan perkembangan fisik, psikis, dan perilaku, seyogyanya layanan yang dilaksanakan mengembang fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pemeliharaan dan pengembangan. Fungsi pemahaman bertujuan agar peserta didik memperoleh sejumlah informasi dan pemahaman tentang perkembangan fisik, psikis, dan perilaku. Misalnya, pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik dan sosial. Fungsi pencegahan bertujuan agar peserta didik terhindar dari masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan perkembangan fisik, psikis, dan perilaku. Misalnya, layanan informasi, bimbingan kelompok, dan penguasaan konten tentang mengendalikan emosi, upaya hidup sehat. Fungsi pengentasan bertujuan membantu peserta didik mengentaskan masalah yang dihadapi berkaitan dengan perkembangan fisik, psikis, dan perilakunya. Misalnya, siswa yang menghadapi masalah rendah diri karena kulit tubuhnya hitam, diberi layanan konseling individual maupun kelompok. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan yang mengarahkan terpeliharanya dan terkembangkannya potensi peserta didik dari aspek fisik, psikhis, dan perilaku. Misalnya siswa yang memiliki fisik tinggi dan kekar, diberi layanan penempatan dan penyaluran untuk memilih kegiatan yang mengutamakan fisik. Siswa yang penglihatannya kurang diberi layanan penempatan dan penyaluran dalam posisi duduk di kelas yang memungkinkan ia dapat melihat dengan lebih baik. Kecuali melaksanakan layanan, guru BK dapat melakukan kegiatan pendukung instrumentasi untuk mengetahui perkembangan fisik dan psikhis, alih tangan kasus jika ada siswa yang mengalami gangguan fisik parah dan menghambat belajar,dan kunjungan rumah untuk mengetahui data peserta didik selama di lingkungan tempat tinggal. c. Mengembangakan materi. Materi atau topik bimbingan konseling yang dikembangkan di SMP atau SMA/SMK perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dari aspek fisik, psikis, perilaku, dan sosial. Pengembangan materi tersebut telah dikelompokkan dalam 4 bidang yaitu bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Materi layanan pengembangan fisik peserta didik dapat dijabarkan dalam bidang pribadi yaitu tugas perkembangan masa remaja awal dan menyesuaikan diri dengan perkembangan fisik dan psikis pada masa remaja. Materi bidang sosial, misalnya tata krama hubungan sosial di sekolah, keluarga, dan masyarakat, norma-norma kehidupan, dan tata tertib sekolah. Materi bidang belajar contohnya adalah belajar efektif sesuai potensi diri, belajar kelompok, dan sikap dan kebiasaan belajar sesuai kondisi fisik dan psikis. Materi bidang karir misalnya pilihan karir sesuai potensi fisik dan psikis, kursus-kursus pengembangan bakat, dan pilihan latihan karir. d. Kegiatan pelayanan konseling. Uraian kegiatan dalam pelaksanaan layanan perlu memperhatikan karakteristik perkembangan fisik, psikologis, dan perilaku peserta didik. Misalnya, dalam proses layanan dilaksanakan metode diskusi untuk mengembangkan kemampuan sosial, memilih tempat duduk sesuai dengan pertumbuhan siswa SMP atau SMA/SMK, menumbuhkan kepercayaan diri dengan memberi kesempatan peserta didik mengeksplorasi diri, memberi penghargaan atau penguatan kepada peserta didik untuk membangun harga diri dan bersaing positif peserta didik. C. Latihan 1. Sebagai guru BK, bagaimana cara anda mengetahui perkembangan fisik dan psikis peserta didik? 2. Sebagai guru BK, apa yang akan anda lakukan agar peserta didik terhindar dari masalah perkembangan fisik? 3. Buatlah 3 topik bimbingan dan konseling yang memfasilitasi perkembangan sosial peserta didik! 4. Sebagai guru BK, apa yang akan anda lakukan jika menemui peserta didik yang selalu menunjukkan ekspresi marah?

Definisi Prilaku


1. Definisi Perilaku Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia. Pendapat lainnya bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114). Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses. a. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. b. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. 2. Bentuk Perilaku Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapatdibedakan menjadi dua yaitu : a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). 3. Domain Perilaku Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik,ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139) 4. Proses Tejadinya Perilaku Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimuluss. c. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng. 5. Cara Mempelajari Perilaku Tingkah laku peserta didik dapat dipelajari dengan berbagai cara; a. Observasi (pengamatan) Observasi dilakukan dengan mengamati perilaku individu yang tampak baik secara terprogram maupun insidental. Alat yang digunakan adalah lembar observasi. b. Metode Eksperimen dan Tes Eksperimen dapat dilakukan terbatas pada perilaku yang dapat diamati dengan alat indra.Bentuk-bentuk perasaan seperti kecewa, putus asa, dan cinta sukar diciptakan melalui eksperimen. Banyak tes yang sudah diakui kehandalannya untuk mengetahui perilaku peserta didik, misalnya tes intelegensi, tes bakat dan tes minat. c. Angket. Bentuk angket berupa daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk mendapat data-data dan informasi dari objek yang akan dipelajari. Daftar pertanyaan tersebut disampaikan kepada responden untuk memperoleh data dan informasi, kemudian dilakukan analisa data perilaku. d. Biografi. Perilaku individu dapat diketahui dengan mempelajari riwayat hidupnya yang ditulis sendiri maupun ditulis orang lain. Riwayat hidup yang ditulis sendiri oleh orang yang punya riwayat disebut autobiografi. Riwayat hidup yang ditulis orang lain disebutbiografi. Riwayat hidup merupakan sumber yang berharga untuk mendapat bahan yang dapat digunakan untuk mempelajari perilaku iindividu. e. Buku harian Biasanya anak pubertas (remaja) suka menulis buku harian. Buku harian sangat bermanfaat untuk mengungkapkan perilaku individu. C. Latihan 1. Jelaskan tentang pengertian perilaku dan sebutkan contohnya. 2. Jelaskan tentang proses pembentukan perilaku pada diri individu. 3. Jelaskan tentang 3 cara mempelajari perilaku individu.

Nilai dan Moral Remaja


Nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna dalam Sunaryo.2002:168) Sopan santun, adat istiadat dan kebiasaan serta nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara serta dengan sesama warga negara. Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan. Dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan membedakan antara perbuatan yang benar dan salah. Dengan demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Dalam kaitannya dengan pengamalan nilai-nilai, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengamalan nilai hidup tenggang rasa, dalam perilaku seseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain dan dapat membedakan tindakan yang benar dan yang salah. Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. a. Karakteristik Nilai dan Moral Remaja Nilai-nilai kehidupan yang perlu diinformasikan dan selanjutnya dihayati oleh para remaja tidak terbatas pada adat kebiasaan dan sopan santun saja, namun juga seperangkat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya nilai keagamaan, kemanusiaan, keadilan, estetik, etik, dan intelektual dalam bentuk yang sesuai dengan perkembangan remaja. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan kemudian bersedia membentuk perilaku agar sesuai dengan harapan sosial masyarakat tanpa terus dibimbing dan diawasi seperti masih anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Michel (dalam Sunaryo.2002:171) mengemukakan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu: 1) Pandangan moral individu makin lama makin menjadi abstrak. 2) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yan benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. 3) Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. 4) Penilaian moral menjadi egosentris. 5) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi danmenimbulkan ketegangan emosi. Kehidupan moral merupakan problematik yang pokok pada masa remaja. Maka perlu kiranya untuk meninjau perkembangan moralitas ini mulai dari waktu anak dilahirkan, untuk dapat memahami mengapa justru pada masa remaja hal tersebut menduduki tempat yang sangat penting. Menurut Kolberg (dalam sunaryo.2002:172) ada tingkat perkembangan moral, yaitu: 1) Prakonvensional (stadium 1 dan 2) Pada stadium satu, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak mengganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan yang ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia hanya menurut atau kalau tidak akan kena hukuman. Pada stadium dua, berlaku prinsip relativistik-hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi. Jadi ada relativisme, artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistik). Misalnya mencuri ayam karena kelaparan, karen aperbuatan mencurinya untuk memenuhi kebutuhannya (lapar) maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan mencuri itu sendiri diketahui sebagai perbuatan yang salah karena ada akibatnya yaitu hukuman. 2) Konvensional (Stadium 3 dan 4) Stadium tiga menyambut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini anak mulai memasuki belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber belajar yang menentukan apakah perbuatan seseorang baik atau tidak. Menjadi ‘anak manis” masih sangat penting dalam stadium ini. Stadium empat yaitu mempertahankan norma-norma sosial dan otoritas. Pada stadium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-aturan atau norma-norma sosial. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan. 3) Pasca-Konvensional (stadium 5 dan 6) Stadium 5 merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosialdengan masyarakat.Seseorang harus memperlihatkan kewajiban, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial karena sebaliknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan memberikan perlingungan kepadanya. Originalitas remaja juga tampak dalam hal ini. Pertama, remaja masih mau diatur secara ketat oleh hukum-hukum umum yang lebih tinggi. Meskipun di stadium ini kata hati sudah mulai berbicara, namun penilaian – penilainnya masih belum timbul dari kata hati yang sudah betul-betul diintenalisasi, yang sering tampak pada sikap yang kaku. Stadium enam disebut prinsip universal. Pada tahap ini ada norma etik di samping norma pribadi dan subyektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang dengan masyarakatnya ada unsur-unsur subyektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak. Subyektivisme ini berarti ada perbedaan penilaian antara seseorang dengan orang lain. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Remaja mengadakan penginternalisasian moral yaitu remaja melakukan tingkah laku – tingkah laku moral yang dikemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri. Tingkat perkembangan moral pasca konvensional harus dicapai selama masa remaja. Menurut Furter (Dalam Monk,1984:257) menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai. Remaja dituntut tidak hanya mengerti nilai-nilai saja, melainkan juga dapat menjalankannya. Hal ini berarti bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian moral, menjadikannya sebagai nilai pribadi, dan penginternalisasian nilai akan tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi perkembangan Nilai. Berdasar sejumlah hasil penelitian, perkembangan internalisasi nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggapnya sebagai model. Bagi anak-anak usia 12-16 tahun, gambaran ideal identifikasi adalah orang dewasa yang simpatik, teman-teman, orang-orang terkenal, dan hal-hal ideal yang diciptakannya sendiri. Bagi para ahli psikoanalisa perkembangan moral dapandang sebagai proses internalisasi norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai kematangan dari sudut organik biologis. Menurut psikoanalisa, moral dan nilai menyatu dalam konsep superego. Superego dibentuk melalui jalan internaliasi larangan dan perintah yang datang dari luar (khususnya orang tua) sehingga akhirnya terpencar dari dalam diri sendiri. Karena itu, orang-orang yang tak mempunyai hubungan harminis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar tidak mampu mengembangkan super ego yang cukup kuat, sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melanggar norma masyarakat. Teori lain yang non psikoanalisa beranggapan bahwa hubungan anak dengan orang tua bukan satu-satunya sarana pembentuk moral. Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri mempunyai peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri buat pelanggarnya (sarlito, 1992:92) Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan mmegang peranan penting. Di antara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, tampaknya sangat penting adalah unsur lingkungan berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. Dalam hal ini lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk tingkah laku yang sesuai. Teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nilai budaya. Tahap-tahap perkembangan moral terjadi dari aktifitas spontan pada anak-anak (singgih G. 1990:202). Anak memang berkembang melalui interaksi sosial, tetapi interaksi ini mempunyai corak yang khusus, yang dipengaruhi faktor pribadi. c. Upaya mengembangkan nilai danmoral Perwujudan nilai, moral, dan sikap tidak terjadi dengan sendirinya dan tidak semua individu mencapai tingkat perkembangan moral seperti yang diharapkan. Oleh karena itu orang dewasa perlu membantu remaja dengan memberi pembinaan. Adapun upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah sebagai berikut: 1) Menciptakan komunikasi. Dalam komunikasi didahului dengan pemberian informasi tentang nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa, bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai moral, tetapi anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif. Hendaknya ada upaya untuk mengikutsertakan remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam pengambilan keputusan keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja turut serta aktif dalam tanggung jawab dan penentuan maupunkeputusan kelompok. Di sekolah remaja hendaknya diberi kesempatan berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral misalnya dalam kerja kelompok, sehingga dia belajar tidakmelakukan sesuatu yang akan merugikan orang lain karena hal itu tidak sesuai dengan nilai dan norma moral. Mempelajari nilai memerlukan kesempatan untuk diterima dan diresapkan sebelum menjadi bagian integral dari tingkah laku seseorang. Selanjutnya, nilai-nilai yang dipelajari akan berkembang dalam konteks kehidupan bersama. 2) Menciptakan iklim yang sesuai Seseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu danmoral, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagai pencerminan nilai hidup itu umumnya adalah seorang yang hidup dalam lingkungan yang positif, jujur, dan konsekuen mendukung bentuk tingkah laku yang merupakan pencerminan nilai hodup tersebut. Ini berarti abahwa usaha pengembangan tingkah laku nilai hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan intelektual semata tetapi memerlukan lingkungan yang kondusif di mana faktor-faktor lingkungan itu sendiri merupakan penjelmaan yang kongkrit dari nilai hidup tersebut. Karena lingkungan merulakan faktor yang cukup luas dan sangat bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial terdekat yang terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan pembina yaitu orang tua dan guru. Para remaja sering bersikap kritis, menentang nilai dan dasar hidup orang tua dan orang dewasa lainya. Ini tidak berarti mengurangi kebutuhan mereka akan suatu sistem nilai yang tetap dan memberi rasa aman kepada remaja. Mereka tetap mengingatkan suautu sistem nilai yang akan menjadi pegangan dan petunjuk bagi perilaku mereka. Karena itu, orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya perlu memberi model atau contoh perilaku yang merupakan perwujudan nilai yang diperjuangkan. Usia remaja, moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri oleh karena itu mereka sedang dalam keadaan membutuhkan pedoman atau petunjuk dalam rangka mencari jalannya sendiri. Pedoman ini juga untuk menumbuhkan identitas dirinya, menuju kepribadian yang matang dan menghindarkan diri dari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini. Nilai-nilai keagamaan perlu mendapat perhatian, karena agama juga mengajarkan tingkah laku yang baik dan buruk sehingga secara psikologis berpedoman kepada agama juga mengajarkan tingkah laku yang baik dan buruk, sehingga secara psikologis berpedoman kepada agama. Akhirnya, lingkungan yang lebih bersifat mengajak, mengundang, atau memberi kesempatan, akan lebih efektif dari pada lingkungan yang ditandai dengan larangan-larangan dan peraturan yang serba membatasi.


a. Pengertian Kehidupan Pendidikan dan karir Mengapa manusia belajar dan bekerja?. Pada hakikatnya manusia selalu ingin tahu, dengan demikian mereka selalu berupaya mengejar ilmu pengetahuan. Atas dasar hakikat inilah maka manusia senantiasa terus belajar, mencari tahu banyak hal. Banyak bangsa yang mengikuti prinsip pendidikan (belajar) seumur hidup, yang artinya adalah manusia itu senantiasa terus belajar sepanjang hayat. Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupunluar sekolah. Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang dialami oleh remaja sebagai peserta didik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, atau kehidupan masyarakat. Sedang kehidupan karir merupakan pengalaman seseorang dalam dunia kerja. Seperti dikatakan oleh Garrison (dalam Sunarto.2002:191) bahwa setiap tahun di dunia ini terdapat jutaan pemuda memasuki dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja masuk dunia kerja merupakan awal pengalamannya dalam kehidupan berkarir. Pada hakikatnya kehidupan remaja di dalam pendidikan merupakan awal kehidupan karirnya. b. Karakteristik Kehidupan Pendidikan dan Karir. Belajar akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita-cita tentang jenis pekerjaan di masa datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhan untuk belajar. Pada usia remaja, telah mulai jelas gambaran cita-cita dewasa nanti. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa remaja telah memiliki minat yang jelas terhadap jenis pekerjaan tertentu. Untuk itu remaja secara sadar telah mengetahui pula bahwa untuk mencapai jenis pekerjaan yang dicita-citakan itu memerlukan sarana pengetahuan dan keterampilan tertentu yang harus dimiliki. Pada dasarnya belajar atau mengikuti pendidikan tertentu merupakanpersiapan bagi remaja untuk memasuki dunia kerja. Hal inilah yang sering membingungkan remaja menentukan pilihan jenis pendidikan yang akan diikuti. Siswa SMP rata-rata berusia 12-14 tahun atau pada usia remaja awal. Mereka mulai mengenal sistem baru dalam sekolah, antara lain dengan perkenalan dengan banyak guru yang memiliki berbagai macam sifat dan kepribadian. Hal ini menunjukkan perlunya kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang beragam. Mereka juga mulai mengenal berbagai mata pelajaran yang harus dipelajari dengan berbagai karakteristiknya. Di SMP belum ada masalah tentang pemilihan jurusan tetapi dapat menghadapi masalah tentang melanjutkan pendidikan. Sedangkan bagi siswa SMA/SMK yang berusia sekitar 15 -18 tahun menghadapi kedua masalah tersebut, atau pilihan pekerjaan sesudah lulus. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pendidikan dan Karir : 1) Faktor Sosial Ekonomi. Kondisi sosial ekonomi keluarga banyak menentukan perkembangan kehidupan pendidikan dan karir anak. Kondisi sosial yang menggambarkan status orang tua merupakan faktor yang “dilihat” oleh anak untuk menentukan pilihan sekolah dan pekerjaan. Secara tidak langsung keberhasilan orang tuanya merupakan contoh bagi anak, sehingga dalam menentukan pilihan pendidikan dan karir tersirat untuk mempertahankan kesuksesan orang tuanya. Di samping itu, secara eksplisit orang tua menyampaikan harapan hidup anaknya yang tercermin pada dorongan untuk memilih jenis sekolah atau pendidikan yang diidamkan oleh orang tua. Umpamanya, orang tua menginginkan anaknya menjadi dokter, polisi, ahli teknik mesin. Faktor ekonomi turut menentukan keberhasilan pendidikan dan karir anak, karena berkaitan dengan pembiayaan pendidikan. Banyak remaja berkemampuan tinggi tetapi tidak dapat menikmati pendidikan yang baik disebabkan keterbatasan ekonomi. 2) Faktor Lingkungan Yang dimaksud lingkungan di sini meliputi tiga macam, yaitu lingkungan kehidupan masyarakat, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan di sekitar remaja berdomisili, misalnya lingkungan industri, pendidikan, perdagangan, nelayan, dan lain-lain. Lingkungan masyarakat akan membentuk sikap remaja dalam menentukan pola kehidupan, yang pada saatnya dapat mempengaruhi pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang diidamkan. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan cita-cita remaja.Lembaga pendidikan atau sekolah yang baik mutunya, yang memelihara kedisiplinan cukup tinggi, akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan sikap dan perilaku kehidupan pendidikan dan pola pikir dalam menghadapi karir. Lingkungan pergaulan teman sebaya memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan masing-masing remaja. Lingkungan teman sebaya akan memberikan peluang bagi remja untuk menjadi lebih matang. 3) Faktor pandangan hidup. Pandangan hidup sendiri merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan. Seseorang dalam memilih lembaga pendidikan dipengaruhi oleh kondisi keluarga yang melatarbelakanginya. Remaja yang berasal dari keluarga kurang mampu dan memiliki dorongan ingin lebih mapan secara ekonomi, maka umumnya akan memilih karir yang dapat mendatangkan banyak penghasilan. d. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pendidikan dan Karir. Perkembangan pendidikan dan karir dipengaruhi oleh kecerdasan. Dalam kenyataannya kecerdasan setiap individu berbeda-beda, maka dalam hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di bidang pendidikan. Dengan demikian, kehidupan pendidikan akan sangat bervariasi seiring dengan perbedaan kemampuan berpikir. Karena kehidupan pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karir, maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan karir. e. Perkembangan Karir Remaja Perkembangan karir remaja menurut Ginzberg (dalam Sunarto.2002:202) ada pada pilihan tentatif (11 – 17 tahun) itu ditandai oleh meluasnya pengenalan anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakannya di masa datang. Periode tentatif ini meliputi empat tahapan, yaitu: 1) Tahap minat (11 – 12 tahun) Remaja sudah mulai mempunyai rencana dan kemungkinan pilihan karir yang didasarkan pada minat. Anak belajar tentang apa yang ia suka lakukan, dan anak melakukan pilihan-pilihan secara tentatif atas dasar faktor-faktor subyektif, belum didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan objektif. 2) Tahap kapasitas (12-14 tahun) Remaja mulai menggunakan keterampilan dan kemampuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana karir. Remaja mulai menilai kemampuannya berperan baik dalam bidang pendidikan dan pekerjaan yang diminati. Kecenderungan mengidentikkan dengan orang tua berkurang, sebaliknya remaja makin cenderung mengidentikkan dengan orang lain yangmenjadi idolanya. 3) Tahap nilai 915-16 tahun) Dalam tahap ini remaja telah menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan karir. Anak mulai melihat apa yang sesungguhnya penting bagi dirinya, tahu perbedaan konsepsi tentang berbagai gaya hidup yang disiapkan oleh pekerjaan, kesadaran tentang pentingnya waktu mulai berkembang dan menjadi lebih sensitif terhadap perlunya pekerjaan. 4) Tahap transisi (17-18 tahun) Dalam tahap transisi ini remaja mulai bergerak dari pertimbangan-pertimbangan realistis yang masih berada di pinggir kesadaran ke dalam posisi yang lebih sentral. Pada tahap in anak mulai menghadapi perlunya membuat keputusan dengan segera, kongkrit, dan realistis tentang pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapkannya ke suatu pekerjaan tetrtentu nanti. Anak makin bebas bertindak sehingga memungkinkan ia melakukan uji coba keterampilan dan bakat-bakatnya. Dalam periode pilihan realistis remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, yaitu mencari berbagai alternatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan pilihan karir.

Bakat Khusus


a. Definisi bakat khusus Willian B. Michael (Dalam Sumadi Suryabrata,1991:168) bakat diartikan sebagai berikut; “An aptitude may be defined as a person”s capacity, or hypothetical potential, for acquisitin of a certain more less well defined pattern or behavoir involved in the performance of a task respect to which the individual has llad litter or no previous training.” Bakat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali atau tidak tergantung pada latihan sebelumnya. Bingham menitik beratkan pada kondisi atau seperangkat sifat-sifat yang dianggap sebagai tanda kemampuan individu untuk menerima latihan, atau seperangkat respon seperti kemampuan berbahasa, musik, dan lain-lain (Dalam Sumadi Suryabrata. 1991:168-169). b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat adalah sebagai berikut: 1) Diri individu. Dorongan diri individu sangat mempengaruhi pengembangan bakat. Misalnya, individu itu tidak berminat untuk megembangkan bakat yan dimiliki atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam pengembangan diri dan berprstasi sesuai dengan bakatnya. 2) Lingkungan individu. Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan atau ekonominya cukup tinggi tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan individu. c. Perbedaan Individu dalam bakat Khusus Dengan mengetahui ciri – ciri bakat pada anak sebagai guru BK, kita akan lebih mudah untuk menilai bakat mana yang patutdikembangkan oleh anak. Hal inipun berfungsi untuk menghidari agar tidak terjadi salah praduga terhadap bakat anak. Adapun ciri – cirinya adalah sebagai berikut : 1) Tidak merasa terpaksa untuk melakukan suatu hal bahkan lebih cenderung untuk senang melakukannya dan ada perasaan bahagia yang terpancar ketika melakukan, melihat atau bahkan hanya dengan mendengarnya saja. 2) Anak mampu berkonsentrasi terhadap hal tersebut, dan cenderung tekun. 3) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar terhadap hal tersebut. 4) Anak sudah mahir terhadap hal tersebut meski dia belum mendapatkan pelajaran khusus dari sekolah maupun dari rumah. 5) Setelah diberi pelajaran khusus, anak tersebut dapat dengan mudah menguasainya atau mudah menangkap apa yang diajarkan padanya tentang hal tersebut. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu. Dua individu bisa sama-sama mempunyai bakat melukis, tetapi satu lebih menonjol daripada yang lain bahkan Bapak/Ibu sekandung dalam satu keluarga bisa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Anak yang satu mempunyai bakat untuk bekerja dengan angka-angka, anak lainnya dalam bidang olah raga, seni, menulis. Jadi setiap individu mempunyai bakat tertentu, hanya berbeda dalam jenis dan derajatnya. Yang dimaksud anak berbakat adalah mereka yang mempunyai bakat-bakat dalam derajat tinggi dan bakat-bakat yang unggul. Ada anak yang berbakat intelektual umum, biasanya mereka mempunyai taraf intelegensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi belajar yang menonjol. Ada pula yang mempunyai bakat akademis khusus, misalnya dalam bahasa, seni, olah raga, berhitung dengan angka.Namun ada kalanya ada anak yang mempunyai intelegensi tinggi tetapi tidak mendapat prestasi belajar rendah. Kita juga mengenal anak-anak yang oleh teman-temannya atau gurunya selalu dipilih menjadi pemimpin karena berbakat dalam bidang psikososial. d. Upaya Pengembangan bakat Khusus remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah dan orang tua perlu bersama-sama berusaha dalam pembimbingan bakat. Remaja dapat mengembangkan bakatnya di bidang seni, olah raga, pencinta alam, religi di sekolah atau di sanggar-sanggar pengembangan kreatifitas. Banyak orang yang kurang memperhatikan bakat yang ada pada dirinya, padahal bakat merupakan modal yang sangat penting untuk sang anak ketika beranjak dewasa nanti.Ahli psikologi Abraham Maslow menemukan bahwa bakat yang terlahir dalam diri seseorang pada suatu saat akan timbul sebagai suatu kebutuhan, dan perlu mendapatkanperhatianserius. Karena itulah, bakat perlu perhatian serius dan jangan dianggap remeh. Bila bakat seorang anak diperhatikan dengan serius, akan sangat baik demi kemajuan masa depannya. Apalagi bila si anak anak sudah dibimbing pengembangan bakatnya sejak kecil. Sebagai guru yang bertanggung jawab untuk perkembangan bakat sang anak. Harus mengetahui hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk pengembangan bakat anak. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan bakat sang anak : 1) Perhatian. Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu memperoleh perhatian khusus. Sistem pendidikan yang menggunakan pola penyeragaman kurang baik untuk digunakan. Cernatilah berbagai kelebihan, ketrampilan dan kemampuan yang tampak menonjol pada anak. 2) Motivasi. Bantu anak dalam meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya agar anak lebih percaya diri. Dan tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya. 3) Dukungan. Dukungan sangat penting bagi anak, selalu beri dukungan terhadap mereka dan yakinkan mereka untuk tekun, ulet dan latihan terus menerus. Selain itu dukunglah anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan bakatnya. 4) Pengetahuan. Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan, serta pengalaman di bidang tersebut. 5) Latihan. Latihan terus menerus sangat baik untung perkembangan bakat anak agar bakat yang dipunya oleh anak lebih matang. Alangkah baiknya bila anak diikutsertakan dengan ekstra kurikuler atau beri kegiatan yang lebih agar anak bisa terus latihan dengan bakatnya tersebut. 6) Penghargaan. Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak. 7) Sarana. Sediakan fasilitas atau sarana yang menunjang dengan bakat anak. 8) Lingkungan. Lingkungan juga ikut mempengaruhi perkembangan bakat anak. Karena itu usahakan anak selalu dekat dengan lingkungan yang mendukung bakat anak. 9) Kerjasama. Kerja sama antara orang tua, guru maupun anak sangat diperlukan mengingat waktu anak di sekolah hanya sedikit dan waktu yang anak luangkan di rumah lebih banyak. 10) Teladan yang baik. Mengingat sikap anak yang selalu meniru, maka teladan yang baik sangat diperlukan. Misalnya kenalkan anak pada sosok Taufik Hidayat bila anak berbakat dalam bidang bulu tangkis, Utut Adianto bila anak berbakat dalam bidang catur dan sebagainya..

Perkembangan Emosi Remaja


Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Masa remaja awal perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, atau mudah sedih dan murung. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinyakembangan emosi yang tinggi. Hurlock (Dalam Syamsu Yusuf.2002:196) mengmukakan bahwa remaja usia 14 tahun seringkali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung meledak-ledak, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja 16 tahun mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai keprihatinan. Jadi, adanya badai dan tekanan periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapainnya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondinya diwarnai oleh hubungan harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematanagn emosionalnya. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau teman sebayanya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, tertekan, dan ketidaknyamanan emosional. Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi itu tampil dalam tingkah laku malajusment), seperti, (1) agresif, melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, dan senang mengganggu, dan (2) melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan menyalahgunakan narkoba. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, untuk memahami remaja, memang perlu mengetahui apa yang dilakukan dan dipikirkan. Di samping itu hal yang lebih penting untuk diketahui adalah apa yang mereka rasakan. Makin banyak guru BK dapat memahami dunia remaja seperti apa yang mereka alami, makin perlu kita melihat ke dalam kehidupan emosionalnya dan memahami perasan-perasaannya, baik perasaaan tentang dirinya sendiri maupun orang lain. Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. a. Pengertian emosi Pengertian emosi menurut Crow & Crow (Dalam Sunarto.2002:149) adalah “An emotion is on affective experience that accompanies generalized inner adjusment and mental and physiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his evert behavior”. Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dari fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi adalah warna afektif yang kuat yang dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain: 1) Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona. 2) Peredaran darah: bertambah cepat bila marah. 3) Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut. 4) Pernapasan: bernapas panjang kalau kecewa. 5) Pupil mata: membesar bila marah. 6) Liur: mengering kalau takut atau tegang. 7) Bulu roma: berdiri kalau takut. 8) Pencernaan: mencret kalu tegang. 9) Otot: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor). 10) Komposisi darah: akan berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar lebih aktif. b. Karakteristik perkembangan emosi. Masa remaja sering dianggap sebagai periode “badai dan topan”, yaitu suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya emosi terutama karena mereka berada di bawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian besar mengalami ketidakstabilan emosi dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Jenis emosi yang umum dihadapi remaja adalah cinta, kasih sayang, gembira, amarah, takut, cemas, cemburu, sedih, danlain-lain. Emosi cinta atau kasih sayang merupakan hal penting dalam kehidupan remaja dalam kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberi. Remaja membutuhkankasih sayang dari orang tuanya. Karena alasan inilah maka sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-olok mereka, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana. Remaja akan hidup bahagia apabila mendapatkan cinta dari orang lain. Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting walaupun kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap membangkang dan permusuhan yang besar, kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari. Remaja akan mengalami rasa gembira apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan diterima sebagai sahabat, atau bila ia jatuh cinta cintanya mendapat sambutan oleh yang dicintai. Selanjutnya, remaja akan marah apabila mereka mendapat hambatan yang menyebabkan kehilangan kendali terhadap rasa marah. Rasa marah akan terus berlanjut pemunculannya apabila minat, rencana, dan tindakannya dirintangi. c. Ciri-ciri emosional remaja . Ciri emosional remaja dibagi menjadi dua yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15 – 18 tahun. Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun adalah sebagai berikut: 1) Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. Sebagian kemurungan sebagai akibat dari perubahan-perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa. 2) Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri. 3) Ledakan-ledakan kemarahan bisa terjadi akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup. 4) Remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri. 5) Remaja mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditipu degan gaya guru yang bersikap serba tahu. Sedangkan ciri emosional remaja usia 15 – 18 tahu adalah: 1) “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak ke dewasa. 2) Banyak remaja yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Mereka mengharapkan simpati dan nasihat orang tua atau guru. 3) Remaja usia ini sering melamun, memikirkan masa depan mereka. Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan atau jabatan tertentu. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan emosi tegantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Dalam Sunarto.2002:156). Reaksi emosional yangtidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endoktrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama dan menimbulkan emosi terarah pada suatu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian, anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda. Metode belajar sangat menunjang perkembangan emosi remaja. Metode belajar tersebut antara lain: 1) Belajar dengan coba-coba Individu belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali. 2) Belajar dengan cara meniru. Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, individu bereaksi dengan emosi danmetode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran orang lain. Jika ia seorang yang populer di kalangan teman sebayanya maka mereka juga akan ikut marah kepada guru tersebut. 3) Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification). Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yangtelah membangkitkan emosi yang ditiru. Di sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. 4) Belajar melalui pengkondisian Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan. Pada masa remaja metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka. 5) Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada reaksi. Kepada remaja diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, mereka dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yan membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan. e. Memahami emosi remaja Mendekati berakhirnya usia remaja, mereka mulai mengalami keadaan emosional yang lebih tenang dan belajar menyembunyikan perasaannya. Hal ini berarti jika ingin memahami remaja, kita tidak hanya mengamati emosi-emosi yang secara terbuka ditampakkan tetapi perlu berusaha mengerti emosi yang disembunyikan. Jadi emosi yang ditunjukkan mungkin merupakan selubung. Misalnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukkan kemarahan, dan seorang yang hatinya terluka malah tertawa. Semua remaja, sejak masa kanak-kanak telah mengetahui rasa marah, karena tidak ada seorang pun yang hidup tanpa penuh marah.Remaja perlu diajarkan bahwa tidak hanya menyembunyikan kemarahan mereka tetapi perlu takut terhadap rasa marah dan merasa bersalah apabila marah. Remaja juga telah mengalami bagaimana rasa dicintai dan mencintai, tetapi banyak di antara mereka telah mengetahui bagaimana menyembunyikan perasaan tersebut. Guru dan orang tua hendaknyamenyadari bahwa perubahan ekspresi yang tampak ini tidak berarti bahwa emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan remaja. Mereka membutuhkan perangsang-perangsang yang menandai untuk pengembangan pengalaman emosional. Karena anak tumbuh dalam kondisi fisik dan pemahaman, responnya berbeda terhadap apa yang sebelumnya dianggap sebagai ancaman atau rintangan cita-citanya. Mereka akhirnya perlu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan apa yang sedang terjadi padanya. Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan emosional. f. Hubungan antara emosi dan tingkah laku. Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak dan berdenyut, derasnya lairan darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama munculnya emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat pencernaan. Di antara rangsangan yang meningkatkan kegiatan kelenjar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang krinis, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan kekuatiran. Semua ini menyebabkanmenurunnya kegiatan sistem pencernaan dan kadang-kadang menyebabkan sembelit. Salah satu cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi. Keadaan emosi kesehatan yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan, oleh karena itu kegembiraan yang berlebihan, kecemasan, dan ketakutan hendaknya dihindari. Gangguan emosi juga dapat menyebabkan kesulitan berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Seorang gagap seringkali dapat normal dalam berbicara, apabila mereka dalam keadaan rileks atau senang. Bila remaja dihadapkan pada situasi yang menyebabkan ia bingung, dapat terjadi mereka bingung dan menunjukkan ketidaknormalan berbicara. Selanjutnya, sikap takut dan malu atau agresif dapat merupakan akibat dari ketegangan emosi atau frustasi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu atau situasi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa disebabkan sesuatu yang terjadi pada anak sehubungan dengan situasi kelas. Jika ia merasa malu karena gagal dalam menghafal pelajaran di muka kelas, pada kesempatan lain ia mungkin takut untuk berpartisipasi dalam kegiatan menghafal. Akibatnya ia mungkin memutuskan untuk membolos, melarikan diri dari gurunya, orang tuanya, atau otoritas lain. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektifitas belajar. Seorang siswa akan belajar lebih baik bila termotivasi, karena ia merasa perlu belajar. g. Perbedaan individu dalam perkembangan emosi. Seiring meningkatnya usia, individu akan lebih lunak dalam mengekspresikan emosi karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu yang menyenangkan. Selain itukarena mereka mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama dari pada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu ekspresi emosional mereka menjadi lebih berbeda-beda. Perbedaan ittu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik dan taraf kemampuan intelektualnya, serta kondisi lingkungan. Remaja yang sehat cenderung kurang emosional dibanding dengan yang kurang sehat. Ketika bereaksi dalam kelompok, remaja yang pandai akan bereaksi lebih emosional terhadap rangsangan dibandingkan dengan remaja yang kurang pandai. h. Upaya pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, memulai aktifitas baru. Jika kemarahan siswa tidak kunjung juga reda, guru dapat meminta guru Bimbingan dan Konseling. Dalam diskusi kelas tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam meningkatkan panangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang ambisius, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya. Reaksi seringkali terjadi pada diri remaja terhadap temuan-temuan mereka bahwa kesalahan orang dewasa merupakan tantangan terhadap otoritas orang dewasa. Guru perlu memahami alasan-alasan pemberontakannya, adalah sama pentingnya bagi remaja untuk belajar mengendalikan dirinya, karena hidup di masyarakat adalah juga menghormati dan menghargai keterbatasan dan kebebasan individual. Untuk menunjukkan kematangan mereka, terutama remaja pria seringkali merasa terdorong untuk menentang otoritas orang dewasa. Cara menghadapi pemberontakkan remaja adalah mencoba mengerti mereka dan membimbing mereka untuk berprestasi sesuai potensinya. Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak hal ia tergantung pada orang tua dalam keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban memenuhinya, tetapi belum mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia merasa ingin lepas dari orang tuanya agar ia menjadi dewasa mandiri, sehingga aanya konflik dengan orang tua tidak dapat dihindari. Apabila hal ini terjadi, para remaja mungkin merasa bersalah yang selanjutnya dapat memperbesar jurang antara dia dengan orang tua. Siswa sekolah menengah atas banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain dari pada tugas-tugas sekolah. Misalnya seks dan konflik dengan orang tua. Jadi diperlukan pengendalian lingkungan untuk pembinaan pola emosi positif dan menghilangkan emosi negatif.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes