BERBUDI BAWA LAKSANA Ungkapan ini sudah sering kita dengar. Demikian pula analisisnya bisa panjang lebar. Ki Dhalang kalau berceritera tentang seorang raja, pasti tidak lupa menyebut sebagai raja yang “berbudi bawa laksana”. Demikian pula motto layanan BIMBINGAN DAN KONSELING MTs AL KARIMI 1 menggunakan kata ini: “ Berbudi Bawa Laksana”. Saya coba meninjau dari pengertian kata per kata, yaitu: Berbudi, bawa dan laksana. BERBUDI Berbudi dalam bahasa Jawa beda dengan berbudi dalam bahasa Indonesia. “Ber” disini bukan sebuah “awalan” melainkan kependekan dari “luber” yang artinya adalah “meluap”. Adapun “Budi” pengertiannya adalah “watak”. Tentusaja watak yang baik. Watak apa yang meluber atau meluap? Tentusaja watak suka memberi, yang dalam bahasa Jawa menurut Poerwadarminta disebut “seneng weweh”. Pemimpin harus “ber-budi”, luber budinya. Suka memberi kepada rakyatnya. Memberi kepada rakyat tidak harus memberi uang tunai. Keamanan, kesejahteraan, kemudahan, peluang usaha dan masih banyak lagi. Rakyat akan merasa ayem karena diayomi pemimpin yang “ber-budi”. (catatan: Semua yang diberi tanggung-jawab mengendalikan sesuatu adalah pemimpin. Pak Lurah, Kepala Puskesmas, kepala Pasar, juga termasuk pemimpin). BAWA “Bawa” dalam bahasa Jawa berarti “ucapan”, atau awal nyanyian. Tembang Jawa sering diawali dengan “bawa”. Semacam intro yang disampaikan dalam sepotong kalimat bernada. Penekanan disini pada “ucapan” seorang pemimpin. Tentusaja ucapan seorang pemimpin tidak boleh “kakehan gludhug kurang udan”, banyak janji tanpa bukti. Ucapan pemimpin harus sama dengan perbuatannya. Harus “Sabda pandita ratu”. [baca, Sabda Pandita Ratu (1): Kisah Dasarata dan Santanu dan lanjutannya] LAKSANA “Laksana” adalah “jalan”. Diberi sisipan “um” maka “lumaksana” berarti “berjalan. Pengertian “jalan” disini adalah gerak langkah atau tindakan. Jadi “Laksana” menjelaskan “bawa”. Dengan demikian pengertian “Bawa laksana” adalah “kesatuan ucapan dan tindakan” KESIMPULAN “Berbudi bawa laksana” mengandung pengertian “suka memberi dan kesatuan antara ucapan dan tindakan”. Penjabarannya bisa panjang-lebar, luas dan mendalam. Saya hanya ingin mengingatkan satu hal. Yang sering diucapkan pemimpin kepada rakyat adalah “janji”. Dan yang dijanjikan pasti “mau memberi sesuatu”. Misalnya membangun Puskesmas, Membangun jembatan, mengaspal jalan dan lain-lain. Oleh sebab itu leluhur kita mengingatkan dalam tiga kata “Ber-budi Bawa Laksana”, Banyaklah memberi dan tepati janjimu. Promise made must be promise kept. (IwMM)
0 komentar:
Posting Komentar