kEGIATAN

Sabtu, 10 Desember 2011

Kenapa sih begini, kenapa tidak begitu saja…!??"

Suatu hari seekor ikan di lautan berenang ke tepian pantai. Ikan yang telah malang melintang di dunia laut. (Kucoba terka umurnya, sekitar 10 tahun).
Berenang tak tentu arah dan tak tahu sudah berada dimana. Sehingga ia memutuskan untuk mengikuti perahu nelayan yang akan pulang menuju pantai.
Dalam hatinya ikan berkata, "saatnya tiba menuju pantai dan sebuah tempat yang kurindukan sejak dahulu `daratan'."
Ikan begitu excited menuju daratan. Tak sedetikpun pandangannya lepas dari mengikuti arah perahu nelayan. Semakin lama semakin mendekat.
"Pantai, daratan, ah indahnya, aku akan berjalan di tepian pantai Menghilangkan bosan berada di lautan berenang tanpa arah". Ikan mulai mendekat. Di pantai itu air makin dangkal. Ikan telah mengeluh selama 10 tahun kenapa ia berada di laut tidak di darat saja agar bisa berjalan-jalan. Tak dihiraukannya juga pantai yang hanya berisi sapuan air laut.
Sekuat tenaga berenang hingga ikan terjebak dan mati kelelahan. Di penghujung ajalnya ia tersadar bahwa ia terlalu banyak mengeluh. Ikan telah sadar bahwa semua telah di takdirkan untuknya berada di lautan, berenang bukan berjalan. Ikan mati tanpa manfaat. Memperjuangkan sebuah keluhan tak berdasar, "Kenapa sih begini, kenapa tidak begitu saja…!??".
Kawan, pernahkah menghitung intensitas mengeluh kita setiap hari.
Membuatnya dalam sebuah buku register. Dalam buku register tersebut terdapat menu seperti: topic mengeluh, tanggal, tahun, jam, bahkan kepada siapa kita mengeluh. Semuanya tentang keluhan benar-benar tertulis didalamnya. "Fiyuhhhh….”, pasti kita tak akan sanggup membacanya kembali setelah menuliskannya karena terlalu banyaknya intensitas mengeluh yang dilakukan.
Mengeluh kawan adalah sebuah kata sederhana yang dapat timbul akibat
dari: ketika masih kecil dia merasa tertolak, merasa jelek, merasa tidak berharga, merasa disingkirkan, sehingga ada keinginan sangat mendalam seakan tidak dapat terpuaskan buat diterima, ingin berharga, ingin disayang. Buat  mendapatkan kembali suatu yang hilang tersebut, dia harus menjelekkan, menghina, dan mengkritik habis orang, system di sekitarnya agar dirinya tampak lebih berharga, lebih patut diterima, lebih disayang.

Lalu apa akibat dari mengeluh?.

Kawan, satu hal yang pasti tentu, mengeluh amat dibenci orang sekitarnya. Tetapi mungkin kalau si pengeluh berada dalam sebuah kumpulan pengeluh. Maksudnya yang dikeluhkan topiknya sama antara si pengeluh satu, pengeluh dua, pengeluh tiga, he he he banyak juga ya pengeluhnya.



Yang pasti kawan, tak ada yang suka saat mendengar sebuah keluhan.

Bagaimana solusi untuk mengurangi intensitas mengeluh kita?

Begini kawan, sepertinya harus menuliskan sebuah referensi ilmiah dari seorang psikolog yang telah berpengalaman. Menurut Leila Ch Budiman (psikolog)mengatakan bagaimana mengurangi intensitas mengeluh kita,
yaitu:



1.  Ganti topik percakapan.
Kalau kita sudah mulai kumat lagi dengan berbagai keluhan, gantilah topik pembicaraan. Misalnya, "Pegawai baru tuh sok ambil hati, cengar-cengir melulu, enggak kenal juga sok tahu." Alihkan saja jadi, "Sekarang kita mau ke mana nih?"



2.  Beri arah yang tepat.
Kalau kita mulai mengeluh tentang kantor, toko swalayan, atau kos, bilang saja, "Salah alamat nih, coba deh complain ke direktunya, jangan sama gue."



3.  Katakan batas.
Complainerholic ini selalu mencari sampai batas maksimal daya tahan perut Anda. Katakan sebelumnya ada batas pembicaraan, kalau terus mengeluh aku emoh. Jangan sungkan untuk mengatakan "Sudah ah, bosan."



4.  Buat gurauan.
Yang diinginkan para pengeluh kronis ini adalah agar para pendengarnya bersimpati dan ikut pandangannya. Padahal, jika sikap ini terus didapatnya, maka dia akan tambah menggebu-gebu keluhannya. Buatlah gurauan agar dia mengerti pandangannya itu tidak simpatik. Misalnya kalau dia mulai mengeluh lagi, bisa dikomentari, "Wah mulai mendung lagi nih. Ganti arah deh."



5.  Gunakan keahlian.
Tukang keluh ini bisa digunakan jadi tukang kritik di kantor, pemerintahan, atau perusahaan bagian kontrol kualitas. Saran-sarannya dapat dipertimbangkan, asal jangan bulat-bulat percaya, nanti pegawai pada bubar, atau sang direktur tambah stres.



6.  Perluas wawasan.
Pengeluh kronis sangat self centered, terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Perlu diperluas wawasannya dengan meminta agar dia membaca berbagai koran dan majalah. Jadi, kita dapat melihat bahwa banyak derita dunia jauh lebih hebat ketimbang urusan WC kosnya dan soal ajakan ke toko swalayan.



7.  Suruh mengaca.
Kalau kita sedang sewot, dapat perlihatkan kaca agar kita dapat melihat wajahnya yang sangar di kaca, boleh juga divideo kalau ada.



8.     Pergi.
Kawan, tentu saja kita tidak mau nasib kisah ikan yang selalu mengeluh karena di berikan kehidupan di laut. Lalu mengeluh dan ingin berada di daratan berjalan hingga akhirnya mati. Padahal boleh jadi, kawan si ikan akan banyak manfaatnya bagi sekitarnya apabila selalu mencari manfaat dari hidup yang telah digariskan padanya yang telah berada di laut.



So, bukankan bersyukur, sabar dan berdoa sebagai penolong kita. Dan beruntunglah orang yang mampu mengendalikan nafsu amarahnya yang di keluarkan lewat keluahan.

Mulai sekarang! Kurangi yuk intensitas mengeluh kita. Agar hidup penuh berkah dan makna.

Amin……..


Motivasi Cerita


KAKUATAN PUJIAN
Ini kisah nyata tentang seorang penyanyi terkenal di eropa, wanita bersuara bagus. Dia bersuamikan seorang pemusik dan pengarang lagu dan ahli di segala bidang musik. Karena keahliannya dia dapat dengan mudah mengkoreksi setiap istrinya bernyanyi, dan selalu saja ada komentar dan kritikan disaat istrinya itu bernyanyi, ” bagian akhir harusnya ”kres” naik sedikit...” selalu saja ada komentar yang dia lontarkan kalau isterinya menyanyi dan bersenandung, akhirnya wanita itu malas menyanyi. Dia berkeputusan ” wah, tidak usah menyanyi saja, jika semua salah. Malah kadang menjadi pertengkaran....”
Singkat cerita karena suatu musibah, sang suami meninggal dan lama setelah itu si wanita menikah lagi dengan seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tidak rahu menahu soal musik. Yang ia tahu isterinya bersuara bagus dan dia selalu memuji istrinya kalau bernyanyi.
Suatu ketika isterinya bertanya, ” pak, bagaimana laguku?”
Dia menjawab antusias.” Ma, saya ini selalu ingin cepat pulang karena mau dengar engkau menyanyi”
Ternyata si tukang ledeng ini sangat mengagumi suara istri barunya itu, dan selalu memujinya di setiap si istri bernyanyi.
Isterinya sangat bersuka cita, tersanjung. Hal itu membuat dia gemar bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia merekam dan mengluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat.
Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal bukan pada saat suaminya seorang ahli musik tetapi saat suaminya seorang tukang ledeng, yang memberikan sedikit demi sedikit pujian ketika menyanyi.
Sedikit memberikan penerimaan. Sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan, semangat untuk melakukan hal baik dan lebih baik lagi. Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi. Omelan, bentakan kecaman, amarah atau kritik sesungguhnya tidak akan banyak mengubah.

####000####

Motivasi Elang

ANAK ELANG

Pada zaman dahulu hiduplah seorang petani di sebuah desa di lereng bukit. Namanya Kusno. Kusno mempunyai sebidang sawah yang cukup luas, yang sedang ditanami padi. Setiap hari ia selalu pergi pagi dan pulang pada sore hari untuk merawat padi-padinya. Selain bertani Kusno juga mempunyai beberapa hewan peliharaan, seperti ayam, kambing dan sapi. Ayamnya sudah mencapai puluhan ekor, ada yang kecil, besar, ada yang bertelor dan ada juga yang sedang mengeram. Kambingnya baru beranak, sedang sapinya berjumlah 5 ekor.

Suatu sore ketika Kusno dalam perjalanan pulang, ia menemukan sebutir telur dipematang sawah yang biasa ia lalui. Diambil dan diamatinya telur tersebut sambil bertanya dalam hati “Telur apa ini, ya..? Kok bentuk dan ukurannya agak beda ya...dengan telur ayam dirumah? ….punya siapa?” .. Setelah beberapa saat ia mengamati dan berpikir, kemudian dia memutuskan untuk membawa pulang telur tersebut. Sepanjang perjalanan, Kusno terus berpikir...”Mau saya apakan telur ini ya...? Digoreng lalu dimakan atau ditetaskan saja biar hewan peliharaanku tambah banyak?”

Akhirnya ketika sampai dirumah, Kusno memutuskan untuk menaruh telor tersebut dierami oleh seekor induk ayam. Setelah 21 hari mengerami, akhirnya semua telor-telor yang dierami menetas. Termasuk telor yang ditemukan Kusno di sawah.

Setelah sekian waktu hidup dalam asuhan induk ayam, mulailah nampak perbedaan antara anak ayam dengan anak dari telor yang ditemukan di sawah. Ternyata telor yang ditemukan Kusno adalah telor burung elang. Maka anaknya namanya anak elang.

Sang induk ayam memperlakukan anak-anaknya sama semua. Bagaimana cara mencari makan, berlari-lari dll semuanya serba mengikuti ayam. Termasuk anak elang tersebut berpolah tingkah sebagaimana yang dia lihat dari induk maupun dari sesama saudaranya.

Pada suatu hari, datanglah bayangan terlihat terbang memutar-mutar disekitar induk dan anak-anak ayam tersebut.
Sang induk dengan paniknya berteriak mengumpulkan anak-anak ayam untuk memberi perlindungan. Anak elang melihat kejadian tersebut, melihat ada hewan yang bisa terbang berputar kemana-mana kemudian dia berpikir ”alangkah enaknya dia... bisa terbang kemana-mana... andai aku bisa seperti dia...”

Singkat cerita, anak elang tersebut menjadi dewasa....kemudian tua dan akhirnya mati dalam kondisi yang tidak berubah...masih seperti ayam.

Sahabat-sahabatku,
Kadang kita tidak menyadari bahwa kita sesungguhnya punya kemampuan yang luar biasa, sesungguhnya kita dapat menjadi orang yang bukan seperti saat ini..
Jika saat ini kondisi ekonomi (penghasilan) kita pas-pasan bahkan kurang.....itu karena kita mempunyai pikiran seperti elang. Kita berpikir bahwa kita ya...hanya seekor ayam, padahal sesungguhnya kita adalah elang.

Pola pikir dan lingkungan kitalah yang akhirnya membentuk dan menjadikan kita seperti saat ini. Kita bukan ayam dan juga bukan elang, kita adalah manusia yang dikaruniai akal. Dengan akal, kita mampu berpikir dan bertindak untuk meraih apapapun untuk kesuksesan hidup kita.

Selamat berkarya, salam sukses selalu.....

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes